Mohon tunggu...
Rukiah
Rukiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka teh dan siomay

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Contoh Narasi Dongeng dengan Akhir yang Diubah

31 Mei 2023   12:25 Diperbarui: 31 Mei 2023   12:31 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by kickaylab

Model 10 : DONGENG DENGAN AKHIR YANG DIUBAH 

MENGULANG BUBAT 

Diceritakan kembali oleh 

Siti Rukiah Rahayu 

Sore itu, Hayam Wuruk termenung duduk di sebuah kursi kerajaan. Matanya menatap langit-langit dengan harap dan menutupnya dengan perlahan. "Siapa yang akan menjadi permaisuriku suatu hari nanti?" gumamnya. Nasihat kedua pamannya, Raja Kahuripan dan Raja Daha terus terngingang di kepalanya. Ia harus menikah. Kemudian ia berdiri dan menatap sekeliling ruangan istana, mendekat ke sebuah jendela yang terbuka. Diam dan melihat hamparan kebun hijau yang memenuhi halaman setiap penjuru istana.

Pengunguman pencarian permaisuri telah dikumandangkan ke seluruh penjuru nusantara untuk mencarikan permaisuri yang sesuai. Tak ada yang menarik hati, dan setiap utusan membawa kembali lukisan para putri kerajaan. Namun, ada satu lukisan yang menarik hatinya. Lukisan putri sunda. Lantas ia menyuruh seorang Madhu untuk pergi, seorang mantri ke tanah sunda untuk melamarnya. 

Setelah enam hari, Madhu tiba di tanah sunda. Raja Sunda menerima kabar tersebut dengan senang hati dan menyampaikan kepada anaknya Citra Resmi. Madhu kembali dengan membawa surat balasan dari Raja Sunda yang memberitahukan kedatangan mereka. Sebanyak dua ratus kapal dan jumlah totalnya adalah 2000 kapal dengan model kapal Jung Tatar. 

Setelah sepuluh hari, kepala Desa Bubat melaporkan bahwa para tamu undangan dari Kerajaan Sunda telah tiba. Hayam wuruk tersenyum mengingat Citraresmi, ia tidak sabar untuk bertemu dengannya secara langsung. Ditemani oleh kedua pamannya, mereka sudah siap untuk menyambut tamunya tersebut. Namun, ketika akan berangkat Patih Gajah Mada tidak menyetujui penyambutan tersebut. "Baginda tidak seharusnya menyongsong Raja Sunda yang seharusnya menjadi bawahan baginda, siapa tahu dia adalah seorang yang sedang menyamar." ungkap Gajah Mada dengan nada tegas. 

"Wahai Patih Gajah Mada, saya sudah menyisipkan beberapa pasukan rahasia untuk mengecek apakah mereka adalah penyamar atau bukan. Jangan khawatir, rombongan Kerajaan Sunda bersih." Kata Hayam Wuruk dengan senyum lebarnya. 

"Tapi baginda, kita harus berhati-hati!" Ungkap Gajah Mada dengan nada yang sedikit meninggi. 

Kemudian ia menghela nafas dan berkata lagi, "Saya ingin menikah dengan Citraresmi. Mohon Patih Gajah Mada merestui."  Hayam Wuruk memeluk Gajah Mada, seakan-akan meminta restu. 

Dengan helaan nafas panjang, Gajah Mada membalas pelukan Hayam Wuruk dan menepuk-nepuk pundaknya. "Kamu sudah besar ternyata." Gajah Mada tak kuat menahan air mata yang membasahi pipinya. 

"Patih, Dia cantik." Hayam Wuruk mengatakannya dengan wajah yang tersipu. "Patih harus menemaniku menemui Citraresmi." Mereka kemudian bersiap-siap untuk bergabung dengan rombongan Majapahit yang akan bertolak ke Bubat. 

Sedangkan di Alun-alun Bubat yang terletak di kawasan utara Trowulan, Rombongan Kerajaan Sunda sibuk menyiapkan kedatangan Hayam Wuruk dibantu dengan petugas kepala Desa Bubat. 

"Citraresmi, apakah ananda sudah berpamitan pada guru? Ungkap Raja Linggabuana yang mendekat pada Citraresmi. Anak perempuannya yang sedang duduk di sebuah kursi, membaca sebuah buku tebal. 

Citraresmi menengok ke arah suara yang bertanya, dan ia mengangguk. "Sudah ayah. Guru sudah memberikanku restu." 

Raja Linggabuana duduk di depan anak perempuan pertamanya. Memandangi anaknya dengan lekat, "Anakku, apakah ada yang ananda sampaikan? tanya sang ayah. 

"Ayah, kelak jika aku telah resmi menjadi permaisuri dari Raja Hayam Wuruk aku akan membalaskan dendam kita." Sang ayah tersenyum mendengar kalimat Citraresmi tersebut, menepuk kepalanya dan pergi . 

Citraresmi mengenang tahun 1279 Saka lalu. Menutup buku tebal yang ia pegang sedari tadi. Ia kemudian melihat lazuardi biru yang diselimuti oleh gumpalan awan putih di atas sana. Mengangkat tangan kanannya ke atas sambil memutar gerakan tangan searah jarum jam seakan-akan ia ingin meraih sesuatu. Rambut hitam panjangnya yang ia gerai bergerak seakan melambai-lambai karena diterpa angin semilir yang berlalu lalang.  

Seorang dayang perempuan mengetuk pintu kamar Citraresmi dan memberitahukan bahwa romobongan Raja Hayam Wuruk telah tiba di Alun-alun Kota Bubat. 

Dengan langkah percaya diri, ia berjalan menuju pintu dan berkata, "Gajah Mada, aku akan membunuhmu." 

Sumber cerita : 

Imam Baihaqi, M.A. (2015). RESEPSI CERITA PERANG BUBAT DALAM NOVEL NISKALA KARYA HERMAWAN AKSAN. 64-66. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun