Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merdeka dari Indonesia Andalkan Minyak, Timor Leste Justru Kini Terjebak Mimpi

21 Februari 2021   11:03 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:27 8299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penduduk miskin Timor Leste (rctiplus.com)


Memperhatikan artikel dari intisari-online.com berjudul "Warga Timor Leste Pasti Keki Lihat Desa Pemborong Mobil di Indonesia, di Negaranya Kilang Minyak Malah Jadi Jebakan Mimpi yang Tak Kunjung Jadi Nyata", tertanggal 19 Pebruari 2021, saya pun sempat membaca laporan itu. Di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Ternyata benar adanya jika kilang minyak di negara kita bahkan mampu membuat warganya menjadi kaya raya, mereka mampu memborong mobil, dan sempat menjadi viral di media sosial.

Sama-sama dari kilang minyak, di Timor Leste (dahulu Timor Timur) justru berbalik 180 derajat. Minyak di mantan NKRI itu malah menjadi sebuah jebakan.

Kekayaan Timor Leste berupa minyak bumi dan gas yang terbenam di Laut Timor bahkan menjadi alasan utama mereka berani untuk berdiri sendiri, merdeka dari Indonesia.

Namun pada perjalanannya, Timor Leste justru terjerat dengan utang, mereka kini miskin. UNDP (United Nations Development Programme) terbaru menempatkan negeri bayi ini di posisi ke 152 dari 162 negara termiskin di dunia.

Seperti diketahui, setelah Indonesia menduduki Timor Timur sejak Desember 1975, banyak terjadi genosida di negara yang disebut juga dengan Bumi Lorosae itu. Penduduknya dilanda kemiskinan dan penyakit.

Sebenarnya sebagai negara yang diklaim Indonesia sebagai propinsi nya yang ke 27 itu, pemerintah Indonesia, dalam hal ini tidak membedakan Timor Timur dengan propinsi lainnya di Indonesia. Banyak infrastruktur dibangun, dari sekolah, jalan, sampai Bandara Komoro yang hingga kini masih digunakan.

Pada referendum yang digelar PBB pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur hampir 80 persennya memilih untuk berdiri sendiri.

Dan secara resmi mereka menjadi sebuah negara pada 20 Mei 2002.

Inilah kepercayaan Timor Timur, mereka dapat mengandalkan kekayaan minyak dan gas mereka untuk membangun sebuah negara yang merdeka.

Untuk mengolah kekayaan tersebut, di antaranya dengan membangun pangkalan industri, pelabuhan laut, refinery, dan fasilitas lainnya, Timor Leste terpaksa bekerjasama dengan negara lain, yaitu Australia.

Dari proyek yang dinamakan Tasi Mane itu, Timor Leste mendapatkan royalti dari ladang Greater Sunrise senilai 50 miliar USD. Perusahaan minyak milik Timor, Timor Leste Gap memprediksi mereka bisa mendapatkan lebih banyak dari sana.

Namun kemudian mereka terjebak oleh Cina. Nilai proyek itu sangat besar, yaitu 16 miliar USD, atau sama dengan proyek yang diperuntukkan untuk dana pendidikan, kesehatan, dan pelayanan lainnya.

Namun kendala teknis harus dihadapi pada faktanya. Minyak ini harus diolah di darat, mau tidak mau harus dibangun pipa sepanjang 286 meter, melintasi laut sedalam 2.800 meter di pantai selatan.

Untuk itu Timor Leste meminjam banyak uang dari Cina. Bukan hanya cukup dengan membuat pipa itu, pipa itu juga berisiko mengalami kebocoran. Kalau sudah begitu, akan sangat sulit untuk diperbaiki.

Celakanya lagi Timor Leste diprediksi bisa bangkrut pada tahun 2027. Karena cadangan minyak mereka semakin sedikit. Angan-angan mereka untuk membangun negara dari minyak semakin pudar.

Angan-angan mereka juga mengharapkan proyek itu akan bisa menyerap lebih dari 12.700 lapangan kerja pada tahun 2028. 

Global Hunger Index juga menempatkan Timor Leste sebagai negara terlapar di dunia setelah Chad di Afrika Tengah.

Dulu mereka berani melepaskan diri dari Indonesia, dengan andalan kekayaan minyak bumi dan gas mereka, namun proyek Tasi Mane ini malahan justru menjadi jebakan mimpi yang tak kunjung nyata.

Kasihan sekali Timor Leste. Mereka belum pernah merasakan arti dari sebuah negara. Sejak abad ke 16 mereka dijajah oleh Portugis. Fretilin lantas mendeklarasikan kemerdekaan mereka pada 28 Nopember 1975. 9 hari kemudian, militer Indonesia menjejakkan kakinya untuk invasi di sana.

Mereka memang dapat menikmati kemerdekaannya. Namun sebuah negara?

Ketika mereka diterima menjadi anggota ASEAN yang 11 pada tahun 2011, mereka mengatakan itu sebagai sebuah mimpi. Pada saat itu, perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara itu dipimpin oleh Indonesia.

Dua puluh tahun sudah berlalu, akan tetapi perekonomian mereka masih morat-marit. Alih-alih mengandalkan kekayaan minyak bumi dan gas yang mereka punyai, mereka malah terjebak. Mereka menjadi negara pengutang dan bergantung kepada belas kasihan negara lain untuk tetap dapat hidup.

Kenapa mereka dulu begitu ngotot ingin merdeka dari Indonesia? Mereka sekarang pasti menyesal. Mau balik lagi jadi NKRI?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun