Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia, Bangsa Terakhir yang Menduduki Timor Leste, Apa yang Terjadi?

14 Desember 2020   10:05 Diperbarui: 14 Desember 2020   10:20 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timor Leste di masa merdeka (blogs.unicef.org)


Selain dikenal sebagai wilayah yang pernah menjadi bagian dari Indonesia. Sejarah pada umumnya juga mengenal Timor Leste (dahulu Timor Timur) pernah disentuh oleh bangsa Portugis.

Namun pada kenyataannya, dan para ahli sejarah mengenal Pulau Timor sempat disentuh oleh oleh bangsa-bangsa lainnya, yaitu Belanda dan Jepang.

Bangsa yang pertama menyentuh Timor adalah Portugis, dan bangsa yang terakhir mendudukinya adalah Indonesia.

Portugis sudah singgah dan menetap di Timor sejak tahun 1522. Seiring kedatangan Belanda ke Indonesia pada umumnya pada abad ke 17, maka Pulau Timor pun didatangi mereka, sejak 1613.

Jadi dengan demikian di Timor pada saat itu ada dua bangsa asing yaitu Portugis dan Belanda. Kedua bangsa Eropa itu masing-masing ingin menjadi superioritas di wilayah tersebut.

Ambisi mereka tidak berujung pada bentrokan atau peperangan, akan tetapi mereka bersepakat untuk membuat perjanjian. Dua kali perjanjian untuk membagi wilayah tersebut dihelat, yaitu pada tahun 1860 dan 1893. Kendati, perjanjian tersebut akhirnya baru efektif sejak 1914.

Mereka membagi dua wilayah Timor. Portugis kebagian di sebelah timur, sedangkan Belanda di sebelah barat.

Ketika Jepang datang ke Indonesia, Timor Timur pun tak luput dikuasai oleh bangsa matahari terbit tersebut. "Orang-orang kate" menduduki Timor Timur pada 1942-1945.

Setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, dan itu menjadi awal menyerahnya Jepang di PD II, maka mereka pun terpaksa harus angkat kaki dari Bumi Lorosae.

Portugis lalu masuk lagi dan bercokol di sana sampai tahun 1975. Pada saat itu terjadi pergolakan di sana yang dikomandoi Fretilin (Front Revolusi untuk Timor Timur). Lantas Lemon Pires, Gubernur Portugis di Timor Timur meminta bantuan Portugis untuk mengatasi pergolakan tersebut.

Namun tidak ada jawaban dari Lisbon. Hal tersebut memaksa Lemon Pires untuk menarik pasukan ke Pulau Kambing.

Di saat terjadi kekacauan ekonomi dan politik itulah, Fretilin mengumumkan kemerdekaannya pada 28 Nopember 1975.

Indonesia lantas bertindak cepat dan berpikir cerdik. Beberapa saat setelah 28 Nopember 1975 itu belum ada pemerintahan. Di kondisi seperti itulah, lalu militer Indonesia diterjunkan ke Bumi Lorosae dengan maksud untuk invasi.

Dimulai dengan Angkatan Laut yang menginjakan kakinya di Bumi Lorosae pada 7 Desember 1975, kemudian diteruskan dengan Angkutan Udara untuk merebut Dili.

Baucau, kota kedua terbesar di Timor Timur lantas direbut terlebih dahulu oleh pasukan Indonesia.

Mau tak mau karenanya terjadi bentrokan antara pasukan Indonesia dengan Fretilin yang berkepanjangan Banyak penduduk Timor Timur yang tewas karenanya, ditambah juga karena kelaparan dan penyakit.

Indonesia ingin menunjukkan superioritasnya atas Bumi Lorosae sekalian mengklaim jika "Si Anak Hilang" adalah bagiannya.

"Si Anak Hilang" adalah julukan yang disebut-sebut mantan Presiden RI ke 2 Soeharto yang merujuk ke wilayah Timor Timur yang eks Portugis, sementara wilayah Indonesia lainnya dipengaruhi Belanda.

Pada tahun 1976 Indonesia resmi mengklaim jika Timor Timur adalah propinsi nya yang ke 27.

Perdana Menteri Australian Gough Whitlam lantas mengusulkan agar Portugis dan Indonesia mengadakan kesepakatan untuk menciptakan keadilan bagi rakyat Timor Timur.

Lantas Indonesia dan Portugal pun berembug sepakat di "New York Agreement" akan digelar referendum, apakah mereka ingin berdiri sendiri atau menjadi NKRI?

Dengan campur tangan PBB, referendum digelar pada 30 Agustus 1999. Namun sayangnya, hanya 21 persen di antara rakyat Timor Timur yang tetap ingin NKRI, sisanya ingin merdeka.

Tak rela Bumi Lorosae lepas dari genggaman, milisi pro Indonesia dengan dukungan militer Indonesia lantas mengadakan genosida dan memporak-porandakan Bumi Lorosae.

PBB kembali campur tangan. Badan dunia itu lantas membentuk INTERFET untuk mengakhiri kekerasan. Mereka terdiri dari 20 negara anggota PBB.

Mau tak mau INTERFET harus berhadapan dengan militer+pro Indonesia. Sedikit saja terjadi gesekan, perang terbuka tak dapat dihindarkan lagi.

Akhirnya, pada 20 Mei 2002 Timor Timur resmi menjadi sebuah negara, namanya lantas merubah menjadi Timor Leste. Pada perjalanannya, Timor Leste lantas diterima menjadi anggota ASEAN yang ke 11 pada tahun 2011.

Perdana Menteri pertama Timor Leste Mari Alkatiri lantas mengatakan diterimanya negaranya menjadi anggota ASEAN merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan. Hal tersebut dikatakannya dalam sebuah wawancara dengan Arab News.

Itulah negara-negara yang pernah bersentuhan dengan Timor. Jadi jelas, Indonesia adalah negara terakhir yang menjadi mimpi buruk bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun