Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir Jakarta, 4000 Orang Teken Petisi Minta Formula E Dibatalkan

6 Januari 2020   07:36 Diperbarui: 6 Januari 2020   08:35 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir besar melanda lagi Jakarta (tirto.id)

Sayang sekali, nampaknya FIA (Federation Internatonale de I'Automobile) harus berpikir ulang untuk membuat jadwal balap Formula E 2019-2020 yang sudah disusun. Pada rapat yang diadakan di Koln, Jerman, 4 Oktober 2019 lalu, FIA sudah membuat kalender balap Formula E.

Pada edisi 2019-2020 ini terdapat 14 acara balap yang digelar di sejumlah kota-kota besar di sejumlah negara, termasuk di Jakarta, Indonesia.

Kalender FIA tersebut dimulai pada 22 Nopember 2019 di Diriyah, Saudi Arabia.

Jakarta, Indonesia, sendiri dikalenderkan FIA bakal menjadi tuan rumah pada 6 Juni 2020. Rencananya, mobil-mobil yang digunakan untuk balapan itu akan menggunakan mobil listrik.

Sementara itu, sehubungan dengan banjir besar yang melanda Jakarta pada 1 dan 2 Januari lalu, ribuan akun (sampai Minggu,5 Januari 2020 sudah lebih dari 4000) telah menandatangani petisi untuk membatalkan pagelaran kalender FIA di Jakarta itu.

Petisi tersebut ditujukan antara lain kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua DPRD DKI Jakarta H. Prasetyo, dan spesial kepada FIA.

Lewat Charge.org Irawan Endro Prasetyo menulis, "Jakarta sekarang ini sedang sengsara dilanda bencana banjir besar, memporak-porandakan segala, merusak bangunan dan korban jiwa. Untuk itu kami warga Jakarta meminta Anda untuk membatalkan balapan Formula E di Jakarta".

Irawan lah yang mengajak netizen itu untuk ikut menandatangani petisi tersebut.

Isi petisi mengatakan agar anggaran yang digunakan untuk penyelenggaraan balap dialihkan untuk korban banjir dan untuk membangun kembali kota Jakarta.

Dana bukannya digunakan untuk acara yang melecehkan penderitaan warga.

"Mohon pindahkan saja dari Jakarta ke kota lain,"

Netizen menganggap penyelenggaraan balap hanya memboroskan anggaran di tengah duka dan kesedihan yang sedang dialami warga. Seharusnya digunakan untuk penanggulangan banjir.

Warganet lain mengatakan ada pemotongan anggaran untuk penanggulangan banjir, DKI malah menyediakan anggaran yang besar untuk Formula.

Netizen mengatakan, APBD Jakarta mencapai Rp 87 triliun, sementara anggaran untuk penanggulangan banjir hanya Rp 9,6 miliar atau 1,1 persen.

DKI menyiapkan Rp 1,6 triliun untuk Formula E, sedangkan anggaran untuk kali Ciliwung yang semula Rp 850 miliar disunat menjadi hanya Rp 350 miliar.

Nah, bagaimana, apakah suara petisi ini bakal didengarkan oleh pihak-pihak yang terkait?

Memang banjir yang terjadi di awal tahun baru 2020 ini tak pelak menjadi salah satu banjir terbesar yang pernah melanda Jakarta. Banjir dan kemacetan memang sudah menjadi identitas masalah Jakarta semenjak dahulu. Dari gubernur ke gubernur lainnya.

Banjir ini disebabkan karena curah hujan yang terus menerus terjadi dan juga karena banjir kiriman dari daerah sekitar Jakarta, Bogor.

Adi Ripaldi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) pernah mengatakan puncak hujan di Jakarta akan terjadi pada bulan Pebruari 2020, namun warga Jakarta menurut Adi harus waspada, karena banjir bisa terjadi sebelum Pebruari. "Banjir bisa terjadi lebih cepat,"katanya waktu itu (29/11/2019).

Banjir besar sebelumnya di Jakarta adalah pada bulan Pebruari 2013 dan 2007.

Pada 2013 itu kerugian ekonomi mencapai Rp 21 triliun, 21 orang meninggal dan 35.000 orang mengungsi.

Sedangkan pada Pebruari 2007 kerugian mencapai Rp 4,5 triliun, 81 orang meninggal dan 322 orang mengungsi. Pada tahun itu air menggenangi 60 persen wilayah Jakarta.

Pada Pebruari 1996 air mencapai ketinggian hingga 7 meter. 32.200 orang mengungsi dan 21 meninggal.

Sementara jumlah kerugian ekonomi, jumlah yang meninggal atau mengungsi pada banjir besar di awal tahun 2020 ini masih dalam kalkulasi.

Tiga peristiwa banjir besar terakhir saya alami, dan masing-masing mencatat kesan yang paling melekat di hati.

Pada 1996, kebetulan saat itu saya sedang berada di Jakarta. Sesudah banjir surut, seluruh tubuh terkena bentol-bentol merah. Dan itu cacar air, yang disebabkan karena air kotor banjir.

Sempat mendapat perawatan, namun beberapa pekan, akhirnya cacar pun pulih.

Sedangkan pada 2007, pada saat air menerobos masuk ke rumah, ternyata seekor ular saya temukan ikut masuk ke dalam rumah. Ular hanyut terbawa arus air. Ular pun segera diusir.

Sedangkan pada banjir pada awal tahun 2020 ini, yang paling berkesan adalah lebih repot membereskan panggangan bekas melakukan bakar-bakar menanti menit-menit pergantian tahun semalam.

Acara menanti pergantian tahun itu di rumah dengan membakar jagung yang dilapisi mentega, cumi, udang dan ikan laut lainnya.

Repot untuk membereskan barang-barang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun