Senjaku meraung ratap
Mengelus dada batinpun berguman
Haruskah masih ada aksara terserak dipinggiran jalan
Mengetuk harap antara kebisingan kota, entah
Berjejer kecil-kecil cabe rawit
Pindah sana sini bertepuk membawa kaleng
Serasa tiada lelah mengupas rumitnya kehidupan
Hingga esok kembali datang menabur asa persimpangan yang sama
Ah, bunga-bunga bangsa menyusun mimpi terpasung
Perih dan pedih jiwapun terdampar dalam kehampaan
Hanya doa memuja pada penyerahan diri
Semoga hari tetap cerah meski tokoh pewayangan tak memandang
Surabaya, 15 Juli 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!