Mohon tunggu...
Rudy Subagio
Rudy Subagio Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary people, photograph and outdoors enthusiast, business and strategy learner..

Hope for the Best...Prepare for the Worst ...and Take what Comes. - anonymous- . . rudy.subagio@gmail.com . . Smada Kediri, m32 ITS, MM48 Unair

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita Adalah Orang-orang yang Berhutang

28 Oktober 2021   23:47 Diperbarui: 31 Oktober 2021   22:30 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang yang memohon ampunan, sumber: sangsabda.wordpress.com

Kisah diatas bukan cerita di abad 20, namun kisah lama yang sudah lebih dari 20 abad yang lalu disampaikan sebagai sebuah alegori atau perumpamaan. Kisah dalam perumpaan ini mengandung sebuah rahasia besar yang penting dan perlu kita ketahui dalam menjalani kehidupan ini. Namun sayangnya rahasia ini sering terlewatkan dibalik kesederhanaan dan keterbukaannya.

Terkadang kita bersikap seperti si saudagar dalam perumpamaan ini. Kita bersikap arogan terhadap orang lain meskipun sang Raja telah bermurah hati kepada kita.

Kita sebenarnya adalah orang-orang yang berhutang. Seandainya sang Raja tidak mengampuni akan segala kesalahan yang kita perbuat semestinya kita patut menerima hukuman.

Seringkali kita merasa bahwa kita dibebaskan dari segala kesalahan kita karena usaha kita. Sebenarnya usaha kita hanyalah menangis dan memohon-mohon kepada sang Raja agar kita dibebaskan dari hutang-hutang kita.

Usaha kita bukan dengan bekerja keras untuk melunasi hutang-hutang kita, itu tidak akan mungkin cukup untuk melunasi hutang-hutang kita. Bila bukan karena kemurahan hati sang Raja, maka kita tidak mungkin terbebas dari hutang-hutang kita.

Sebenarnya kita adalah orang-orang yang patut menerima hukuman. Kita adalah orang-orang yang berhutang.

Namun seringkali kita seperti si saudagar yang tidak tahu berterimakasih. Kalau sampai hari ini kita masih dalam lindunganNya, diberi kekuatan dan kesehatan, kesejahteraaan dan kecukupan itu karena Dia tidak lagi memperhitungkan kesalahan dan kekhilafan yang kita perbuat.

Sebagai orang yang sudah mendapatkan anugerah -disebut anugerah karena bukan semata-mata usaha kita melainkan pemberian cuma-cuma, seringkali kita menganggap bahwa itu adalah hak keistimewaan kita, kita layak mendapatkannya. Oleh karena itu kita tetap sewenang-wenang bila orang lain berbuat salah kita. Kita menuntut orang yang berbuat salah kepada kita untuk membayar sampai lunas kepada kita.

Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Adil bukan ?

Namun kita lupa, bila semua kesalahan dan kekilafan kita disingkapkan, kita tidak akan mampu membayar lunas semuanya. Kita adalah orang yang berhutang, yang telah dibebaskan oleh sang Raja. Namun kadangkala kita menganggap diri sebagai raja-raja kecil yang harus menuntut balas kepada sesama.

Dalam dunia profesional, semua hak dan kewajiban serta tugas dan tanggung-jawab telah diatur sedemikan rupa sehingga orang yang berbuat salah atau lalai akan mendapatkan hukuman. Ini diperlukan agar sistim sosial-kemasyarakatan dan berbangsa bernegara bisa berjalan dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun