Mohon tunggu...
Rudy Hidayat
Rudy Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta || 20107030146

Hanya melakukan apa yang disukai selama tidak melanggar aturan dan yang menjadi kewajiban, selebihnya tidak ada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sasaki Kojiro dan Pertempurannya yang Bersejarah

5 Maret 2021   13:37 Diperbarui: 5 Maret 2021   14:05 47417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://deadliestfiction.fandom.com/

Bagi kalian yang menyukai atau bahkan penggila budaya dan sejarah Jepang, pastinya sudah tidak asing lagi dengan istilah samurai. Tapi, saya yakin banyak dari kalian yang belum mengetahui apa itu samurai, banyak juga dari kita masih keliru antara samurai dengan katana. Karena memang di Indonesia katana sering juga disebut dengan samurai, padahal itu merupakan dua hal yang berbeda.

Jadi, menurut Wikipedia samurai atau yang dalam bahasa Jepangnya Bushi, itu merupakan bangsawan militer pada abad awal pertengahan dan awal masa modern Jepang. Samurai mengikuti seperangkat aturan yang kemudian dikenal sebagai Bushido. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan disebut ronin, sedangkan samurai yang bertugas di wilayah Han disebut Hanshi.

Sedangkan katana merupakan senjata pedang Jepang yang umumnya dipakai oleh para samurai. Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi, bentuknya mirip tetapi dibuat lebih pendek, keduanya dipakai oleh anggota kelas ksatria. Kedua senjata dipakai bersama-sama disebut daisho, dan mewakili kekuatan sosial dan kehormatan pribadi samurai.

So, jadi sekarang sudah tau kan apa itu samurai dan katana, jangan sampai keliru dan tertukar lagi.

Nah, disini saya akan membahas salah satu samurai yang terkenal di Jepang, bahkan ia dianggap sebagai master dibidangnya, bahkan terdapat monumen dirinya yang dipersembahkan setelah kematiannya, yaitu Sasaki Kojiro.

Sasaki Kojiro ini lahir pada tahun 1585 di desa Echize, Perfektur Fukui. Dia adalah seorang samurai yang hidup selama periode Sengoku dan awal Edo. Sasaki ini sangat dikenal karena kematiannya saat melawan Miyamoto Musashi pada tahun 1612.

Kojiro menyandang nama "Ganryu", dimana nama itu juga digunakan untuk nama dojo atau sekolah kenjutsu yang didirikannya sekaligus menjadi aliran pedang yang ia buat sendiri.

Dikatakan bahwa Kojiro ini berguru pada Kanemaki Jisai yang merupakan murid dari Toda Seigen untuk mempelajari teknik berpedang Chujo-ryu. Dimana pada saat itu Kanemaki Jisai adalah seorang master kodachi atau pedang pendek.

Kojiro menjadi lawan tanding bagi tuannya, karena tuannya sendiri memakai kodachi atau pedang pendek, sedangkan Kojiro menggunakan nodachi atau pedang panjang, karena hal inilah mereka semakin terasah dalam menggunakan masing-masing senjatanya.

Setelah mengalahkan adik tuannya, dia meninggalkan dojo untuk melakukan perjalanan di berbagai provinsi. Kojiro kemudian mendirikan sekolahnya sendiri, yang disebut Ganryu.

Karena kepopuleran dojo dan banyaknya duel yang dimenangkan, termasuk ketika dia menangkis tiga lawan dengan sebuah tessen. Tessen ini adalah sebuah senjata perang Jepang berbentuk kipas.

Kojiro kemudian diberi kehormatan oleh Lord Hosokawa Tadaoki sebagai kepala senjata utama dari daerah Hosokawa di sebelah utara Kyushu. Kojiro kemudian menjadi sangat terampil dalam menggunakan nodachi, dan memberi nama pedangnya Monohoshi-Zao atau "The Laundry-Drying Pole" yang panjangnya 90 cm sebagai senjata utamanya.

Pedang tersebut dibuat oleh Bizen Nagamitsu yang merupakan salah satu murid dari Masamune.

Sasaki Kojiro dan Miyamoto Musashi telah mengenal satu sama lain, dan Musashi telah mengakui bahwa Kojiro merupakan ahli pedang yang hebat, dan juga lawan yang tangguh. Mereka telah banyak melakukan duel, namun duel yang paling terkenal adalah duel terakhir yang terjadi di pulau Ganryujima.

Miyamoto Musashi merupakan seorang ahli pedang dan ronin atau seorang samurai tanpa tuan yang begitu hebat. Tapi tidak hanya itu saja, ia juga dikenal sebagai seseorang yang tidak terkalahkan dalam duel pedang. Musashi yang mengetahui ketenaran dari Kojiro, kemudian meminta Lord Hosokawa Tadaoki, melalui perantara Nagaoka Sado Okinaga, seorang bawahan utama Hosokawa, untuk mengatur sebuah duel. Permintaan ini akhirnya disetujui dan Hosokawa menetapkan waktu dan tempatnya.

Duet tersebut dilaksanakan pada 13 April 1612, di pulau terpencil bernama Funashima yang kemudian berganti nama menjadi Ganryuujima, yang berada di selat antara Honshu dan Kyushu. Duel tersebut sengaja dilakukan di daerah terpencil karena pada saat itu Kojiro telah mendapatkan banyak murid, dan bila Kojiro kalah, mungkin mereka akan berusaha membunuh Musashi.

Pada duel tersebut Kojiro memakai teknik Tsubame Gaeshi atau "Turning Swallow Cut" yang merupakan teknik pedang yang dia temukan sendiri ketika melihat burung layang-layang terbang di Jembatan Kintaibashi di Iwakuni.

Teknik ini dilakukan dengan cara membalas tebasan lawan dengan cepat, ke arah atas atau bawah dan kembali ke arah berlawanan secara cepat. Ketika lawan menebaskan pedangnya, serangan tersebut ditahan dari samping kemudian menebas balik lawannya dan kembali ke posisi awal .

Menurut sumber yang beredar, dikatakan bahwa serangan Kojiro hampir membuatnya menang beberapa kali, sampai akhirnya dia dibutakan oleh silaunya cahaya matahari dari belakang badan Musashi, kemudian Musashi memukulnya di bagian tengkorak dengan pedang bokkennya yang besar, atau pedang kayu, yang panjangnya 110 cm.

Terdapat juga versi lain dari pertempuran tersebut yang menceritakan bahwa ketika Musashi akhirnya tiba, lalu Kojiro berteriak menghina dia, tapi Musashi hanya tersenyum. Kojiro kemudian melompat ke dalam pertempuran, yang dibutakan oleh kemarahan. Kojiro menggunakan teknik Swallow Cut-nya, tapi bokken besar Musashi memukul Kojiro terlebih dulu, menyebabkannya jatuh, sebelum Kojiro menyelesaikan Swallow Cut-nya, Musashi menghancurkan rusuk kiri Kojiro, menusuk paru-parunya dan membunuhnya. Musashi kemudian buru-buru mundur ke perahunya dan berlayar menjauh. Hingga saat ini masih menjadi perdebatan apakah duel tersebut berjalan dengan adil, dan apakah Musashi tidak melakukan kecurangan.

Karena pertarungan antara Sasaki Kojiro dengan Musashi ini cukup bersejarah, maka diabadikanlah patung duel Sasaki Kojiro dengan Miyamoto Musashi di pulau Ganryujima yang menjadi saksi bisu dari pertarungan bersejarah tersebut.

Bahkan, untuk mengenang kehebatan Sasaki Kojiro, didirikan patung monumen dirinya di sebuah taman di daerah Iwakuni, Prefektur Yamaguchi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun