Mohon tunggu...
Rudi Nuradi
Rudi Nuradi Mohon Tunggu... Penulis

"Menulis apa yang bisa ditulis"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masyarakat Lereng Merbabu Gelar Upacara Prosesi Tradisi Nyadran Bertempat Di Makam Dusun Gedaman Desa Genikan, Ngablak, Magelang.

14 Februari 2025   15:50 Diperbarui: 14 Februari 2025   15:25 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Genikan - (Jum'at 14/02) Menjelang bulan Ramadan, di Lereng Merbabu warga Dusun Gedaman Desa Genikan, sibuk menggelar acara tradisi nyadran atau sadranan.

Pada umumnya nyadran dimulai sejak tanggal 15 Ruwah hingga akhir bulan yang masih dilestraikan oleh masyarakat /warga. Diantaranya Desa Genikan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

 Tradisi mendoakan para leluhur di tempat permakaman Gedaman, Desa Genikan, Ngablak, tiap tahun berlangsung meriah. Usai berdoa bersama, warga lalu berebut makanan seperti ingkung (Ayam Jawa), Pisang dll dari dalam tenong. 

Sumber: Rudi Nuradi
Sumber: Rudi Nuradi

Rudi Nuradi,  tokoh masyarakat, menjelaskan bahwa rangkaian acara nyadran meliputi doa untuk leluhur, sedekah di masjid yang dipimpin oleh tokoh agama dan warga setempat, serta kegiatan bersih-bersih di lingkungan makam.

Ritual nyadran dianggap sebagai kewajiban oleh warga, yang merasa tidak berani meninggalkannya karena ada pesan kearifan lokal yang harus dijaga, yaitu mengingatkan tentang kematian.Nyadran adalah sebuah tradisi yang tetap kuat dalam budaya Jawa hingga saat ini. Tradisi ini biasanya dilakukan sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan. Nyadran muncul sebagai hasil akulturasi antara budaya Jawa dan Islam. Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, Nyadran juga dilaksanakan setiap tahun untuk menjaga dan melestarikan tradisi tersebut agar tetap diteruskan oleh generasi berikutnya.

Sumber: Rudi Nuradi
Sumber: Rudi Nuradi

Sadranan yang berlangsung pada bulan Syaban atau Ruwah juga dikenal sebagai bulan arwah, yang menjadi waktu khusus untuk mendoakan para leluhur. Awalnya, tradisi ini dilaksanakan dengan cara sederhana. Namun, saat ini menu yang disajikan dalam sadranan sudah beragam, meskipun tidak ada aturan pasti mengenai jenis makanan yang harus dibawa ke makam.
Tradisi ini merupakan kegiatan amaliyah masyarakat Dusun Gedaman Desa Genikan Kec. Ngablak Kab. Magelang untuk mendoakan arwah para leluhur yang telah meninggal. Warga memberikan sedekah berupa makanan yang dibawa menggunakan tenong dan Ingkung (ayam jawa).

Tenong memiliki makna agar generasi penerus tetap hidup rukun dan bersatu dalam keluarga. Rangkaian acara sadranan dimulai dengan menggelar tahlil di kompleks makam oleh warga dan pata tokoh agama yang memiliki ahli waris di Makam Gedaman.
Pada malam yang sama, dibacakan juga silsilah nenek moyang setempat. Keesokan harinya atau pada hari tersebut, dilanjutkan dengan acara bubak, besik, dan diakhiri dengan sadranan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun