Tetapi kita tahu bahwa Airlangga tampaknya tidak termasuk dalam jajaran atau golongan tokoh/pejabat negara yang lebih mementingkan dan mengedepankan popularitas dan elektabilitas. Putra dari Ir.Hartarto Sastrosoenarto yang menjadi salah satu menteri andalan di era kepemimpinan Presiden Soeharto itu saat ini masih mengedepankan kerja, kerja dan kerja.
Airlangga tampaknya tidak ingin masyarakat memiliki kesan ia melakukan 'abuse of power' dengan lebih mengutamakan tugas partai dan pencalonan sebagai presiden dari Golkar, ketimbang memenuhi amanat sebagai Menko Perekonomian. Airlangga berupaya menghindari 'conflict of interest' dari penugasannya sebagai Menko Perekonomian dan calon presiden dari partai Golkar.
Sikap atau pilihan Airlangga tersebut bukannya tidak mengandung risiko. Terbukti, namanya masih belum bertengger di posisi teratas di antara para kandidat calon presiden lain, baik dari kalangan pimpinan partai atau yang bukan berasal dari partai. Namun, tampaknya Airlangga 'easy going' saja.
Sikap dan pilihan Airlangga itu juga bukannya tidak menjadi sorotan dari pengamat. Mereka berpendapat jika pilihan Airlangga itu membuat mesin partai Golkar harus bergerak lebih cepat dan simultan. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang memuji Airlangga, khususnya yang tidak setuju dengan hasil survei atau jajak pendapat. Dalam hal ini, Airlangga tetap dinilai berhasil untuk mencitrakan dirinya secara baik melalui kinerjanya yang memuaskan sebagai Menko Perekonomian dan ketum Golkar.
Oleh karena itu pula tidak sedikit yang berpendapat bahwa kesuksesan Airlangga dalam kontestasi politik akbar itu, Pilpres, tinggal menunggu waktuu. Bahkan, jika Pilpres diselenggarakan sekarang ini, kemenangan akan digenggam Airlangga dan juga Golkar. Kondisi Golkar yang 'smooth' dinilai bisa menjadi penentu kesukseskan ketua umumnya.
Di sisi lain, tidak sedikit pula pendapat yang mengasumsikan bahwa kemenangan di Pilpres sangat tergantung pada pasangan yang ditampilkan. Begitu juga untuk Airlangga. Siapa yang akan menjadi tandemnya, seperti Joko Widodo akhirnya memilih Kiai Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Tokoh pendamping capres juga memegang peran yang sangat penting untuk meningkatkan tingkat keterpilihan dari masyarakat. Cawapres yang dipasangkan dengan Airlangga harus mampu meningkatkan tingkat keterpilihan dari masyarakat.
Airlangga dan cawapresnya juga harus bisa menjawab tantangan masyarakat Indonesia kedepan. Tantangan masyarakat Indonesia kedepan adalah kesejahteraan rakyat dan keamanan Nasional.
Isu Ekonomi dan keamanan nasional harus menjadi perhatian para tokoh. Perang Rusia dan Ukraina bisa berpotensi Cina untuk melakukan hal serupa di Natuna, yang sudah menjadi isu besar beberapa tahun terakhir ini. Airlangga dan cawapresnya harus memiliki visi untuk menjawab dua tantangan besar tersebut.
Di sisi lain tentunya tak bisa juga diabaikan dukungan dari petahana, Jokowi. Dari catatan penulis, belakangan ini cukup banyak momen yang mengisyaratkan dukungan Jokowi untuk Airlangga, termasuk dengan menyebut bahwa Airlanga sebagai tokoh yang peranannya sangat sentral dalam mengatasi persoalan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, meski pun kondisi ekonomi belum pulih secara utuh.
Jokowi sebagai calon mantan presiden juga ingin menjadi king maker di perpolitikan nasional di kemudian hari, sehingga wajar jika ia memberikan ruang dan dukungan bagi tokoh potensial yang akan maju di pilpres 2024.***
