Mohon tunggu...
Tubagus Adhi
Tubagus Adhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - wartawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

wartawan senior anggota PWI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagai Faktor yang Memengaruhi Sukses Airlangga di Pilpres 2024

9 September 2022   13:32 Diperbarui: 9 September 2022   13:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SECARA akumulatif, kecuali dinamika yang terjadi di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ini pekan yang tenang dari gejolak politik. Keberadaan PPP pada tataran papan tengah parpol membuat gonjang-ganjing yang terjadi di partai berlambang Kabah tersebut bisa dikatakan tidak terlalu menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat. Mungkin juga karena PPP sudah relatif lama tidak lagi menjadi satu-satunya partai yang berbasis agama mayoritas itu, sehingga kekisruhan yang mendera pucuk organisasi partai tidak membuat kepanikan di kalangan umat islam.

Kisruh yang melanda PPP juga tidak membuat Golkar dan PAN yang menjadi mitra koalisinya di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) mesti menata ulang kolaborasi mereka. Apalagi, sudah ada jaminan dari para petinggi PPP bahwa apa yang terjadi di PPP sekarang tidak memengaruhi posisi mereka di KIB. Dinamika internal yang terjadi tidak lantas membuat PPP menarik diri dari KIB. Atau, sebaliknya, KIB harus merasa khawatir bahwa dinamika internal KIB akan mengacaukan platform kerja sama mereka.

Adanya jaminan dari petinggi baru PPP itu pula yang tentunya membuat kubu Golkar dan PAN tenang, tetap merasa nyaman. Meski awalnya pergantian Suharso Monoarfa ke Mohammad Mardiono mungkin sempat menumbuhkan tanda tanya mendalam pada dua sejawatnya di Golkar dan PAN, Airlangga Hartarto dan Zulkifli Hasan.

Akhir pekan ini Airlangga tengah menunaikan tugasnya sebagai Menko Perekonomian, dengan melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat. Airlangga antara lain menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) Indo-Pasific Economic Framework (IPEF) for Prosperity, 8-9 September 2022, di Los Angeles. Airlangga juga melakukan pertemuan bilateral secara tatap muka dengan Gina Raimondo, U.S. Secretary of Commerce. Sejawatnya, Zulkifli Hasan, sibuk dengan urusan Kementerian Perdagangan.

Sejauh ini mesin-mesin Golkar, PAN dan PPP terus bekerja dalam upayanya menyebarkan formulasi platform kerja sama mereka ke daerah-daerah, terutama ke akar rumput partai. Mardiono, yang menggantikan Suharso Monoarfa di pucuk pimpinan PPP, sebelum ini sudah aktif sebagai tokoh pengendali komunikasi PPP dengan Golkar dan PAN di KIB.

Wajar karenanya jika para pengamat menyebut tidak ada yang berubah dengan KIB pasca tragedi yang menghajar PPP. KIB tetap solid, tegar dan kokoh menghadapi interaksi apa pun dari lawan-lawan politiknya. Yang dalam hal ini adalah partai-partai besar lain yang tengah merancang koalisi lain. Atau, secara khusus, tengah meramu pola kerja sama dalam upaya memuluskan para kandidat yang dipersiapkan maju pada kontestasi akbar politik di 2024, Pilpres.

KIB tetap fokus pada kebersamaan yang telah disepakati, termasuk tentunya dalam merumuskan siapa calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung dari internal KIB. Soal capres dan cawapres dari KIB ini masih menjadi tanda tanya besar, mengingat KIB sendiri belum lagi memutuskan kepastian waktu untuk menyampaikan pengumuman penting yang sangat ditunggu oleh lawan-lawan politik dan masyarakat luas.

Jauh-jauh hari sepertinya memang sudah ada kesepakatan tak tertulis bahwa tiga ketua umum partai KIB bisa dicalonkan sebagai capres atau sebaliknya cawapres. Itu berarti Airlangga, Zulkifli dan Suharso sama-sama berpeluang. Akan tetapi, fatsun tersebut mengemuka jauh sebelum PPP dilanda prahara.

Dengan  demikian, menyusul kejatuhannya dari kursi ketua umum PPP, Suharso bisa jadi dinilai tidak pantas dan layak jadi menjadi salah satu calon capres atau cawapres dari KIB. Akan halnya penggantinya, yakni Mardiono, tidak terlalu dikenal oleh publik, meski pun anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini sudah cukup mengakar di PPP.

Membandingkan siapa di antara Airlangga dan Zulhas yang paling berpeluang dideklarasikan sebagai capres dari KIB, maka Airlangga lebih potensial untuk dipilih. Juga jika pilihan tersebut dilempar ke masyarakat. Kinerja Airlangga pastinya dinilai lebih kinclong dibanding Zulhas, yang baru menjadi mendag beberapa bulan lalu dengan menggantikan M.Lutfi.

Dari faktor popularitas, Airlangga dan Zulhas mungkin sama-sama dikenal, tetapi dari aspek elektabilitas, tingkat keterpilihan ketum Golkar lebih tinggi dibanding orang nomor satu di PAN itu. Airlangga juga diketahui lebih memiliki pola komunikasi yang baik dibanding Zulhas. Jika Airlangga terkesan santai, terbuka dan apa adanya, Zulhas terasa lebih meledak-ledak sementara beberapa kebijakannya juga dinilai kontroversial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun