Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perspektif Filosofis dari Kisah Sawerigading dalam Sastra Bugis Klasik

20 Mei 2025   21:35 Diperbarui: 21 Mei 2025   07:48 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Daerah kita)

4. Legenda Sebagai Perlawanan terhadap Amnesia Budaya

Di banyak wilayah Indonesia, generasi muda mulai kehilangan hubungan dengan akar budayanya. Dalam hal ini, legenda Sawerigading dapat menjadi alat perlawanan terhadap amnesia budaya, yakni lupa akan identitas dan nilai-nilai leluhur. Saat anak muda lebih mengenal tokoh Marvel daripada tokoh mitos lokal, legenda seperti ini harus dipresentasikan ulang: bukan sebagai dongeng mati, tetapi sebagai kisah hidup yang bisa dimaknai secara filosofis, sosiologis, dan eksistensial.

Digitalisasi dan seni pertunjukan modern seperti teater, film, bahkan komik atau animasi berbasis lokal dapat menjadi media reinterpretasi kisah ini dalam bahasa anak zaman sekarang.

5. Sawerigading: Simbol Transformasi dan Ketahanan Budaya

Sawerigading bukan tokoh yang stagnan. Ia adalah archetype petualang dan pencari makna, yang melintasi batas geografi, sosial, dan spiritual. Dalam kerangka ini, ia mencerminkan semangat masyarakat Bugis-Makassar yang dikenal perantau dan pejuang tangguh. Sawerigading menjadi metafora dari mereka yang berani meninggalkan zona nyaman, mengejar tujuan besar, dan kembali dengan kematangan jiwa.

Di era disrupsi seperti saat ini, ketika identitas mudah goyah dan nilai cepat berubah, narasi Sawerigading dapat menjadi jangkar budaya. Ia mengajarkan bahwa keberanian, kehormatan, dan pengorbanan adalah fondasi karakter, bukan hanya romantisme masa silam.

6. Sawerigading : Pedoman dalam Menghadapi Krisis Identitas

Dalam konteks hari ini, ketika banyak anak muda menghadapi krisis identitas dan tekanan sosial, nilai-nilai siri’ dan pesse patut diinterpretasikan ulang. Siri’ tidak harus berarti membalas dendam atas penghinaan, tapi bisa berarti integritas di tengah godaan korupsi. Dan pesse tidak harus berarti lemah hati, tetapi rasa empati terhadap sesama di tengah dunia yang individualistik.

Legenda Sawerigading, dalam kerangka ini, adalah kisah tentang manusia yang belajar berdamai dengan takdir, memelihara martabat, dan tetap memilih jalan keberanian meski tidak selalu dimuliakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun