Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mawar Hitam Tak Berduri

6 Mei 2025   00:34 Diperbarui: 6 Mei 2025   00:48 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi+Kreasi Pribadi)

Mawar Hitam Tak Berduri

Tak mungkin kuhapus jejak yang membawaku ke sini,
Karena luka adalah guru yang paling setia.
Aku tak datang dengan gaun putih dan kisah bersih tanpa noda.
Haruskah cinta hanya menerima cahaya, menolak bayang?
Kau salah jika mengira aku ingin diselamatkan,
Aku hanya ingin dipahami, bukan dipulihkan.

Tak mungkin kuputihkan masa lalu dengan air suci,
Karena hitamnya telah menyatu dengan denyutku.
Aku bukan boneka yang bisa dibersihkan waktu.
Haruskah aku berpura-pura tak pernah jatuh?
Kau keliru jika mengira diriku tak layak dicintai,
Karena justru dari kelam itulah hatiku belajar lembut.

Tak mungkin kulenyapkan malam-malam penuh tangis,
Yang diam-diam mengajariku arti bertahan.
Tak semua cerita harus bersih untuk jadi benar.
Haruskah aku membungkam kebenaran demi cintamu?
Kau salah jika menilai cinta dari permukaan,
Karena luka pun bisa jadi ladang kasih yang subur.

Tak mungkin kulupakan tangan-tangan yang menyakitiku,
Sebab dari sana aku tahu mana genggaman yang tulus.
Aku pernah diseret, tapi tak pernah menyerah.
Haruskah kau menjauh hanya karena kisahku bergelombang?
Kau keliru jika pikir cintamu cukup besar,
Jika hanya bisa memelukku saat aku tampak sempurna.

Tak mungkin kuingkari bahwa aku pernah memilih jalan salah,
Tapi itu pula yang mengantarku menjadi benar.
Aku tak ingin dibenarkan, hanya didengarkan.
Haruskah kebenaranku dipaksa diam demi kenyamananmu?
Kau salah jika mengira diamku adalah pengakuan dosa,
Kadang diam adalah keberanian untuk tetap ada.

Tak mungkin kuhapus dari wajahku guratan masa lalu,
Sebab tiap garis adalah puisi yang kutulis dengan air mata.
Aku bukan kanvas baru, tapi lukisan penuh arti.
Haruskah cinta hanya menyukai hal yang belum digores?
Kau keliru jika anggap aku beban dari masa silam,
Padahal aku adalah keberanian yang masih mekar.

Tak mungkin kuubah hitam jadi putih untukmu,
Karena aku telah menerima warnaku seutuhnya.
Kau hanya perlu menatapku tanpa kacamata masa lalu.
Haruskah cinta mempersoalkan warna?
Kau salah jika menyamakan gelap dengan kegelapan,
Karena aku adalah malam yang menjaga mawar tanpa duri.

Tak mungkin kubuatmu percaya jika hatimu telah tertutup,
Sebab pengakuan bukan untuk dihakimi, tapi dibagi.
Aku tak meminta kau tetap tinggal jika harus pura-pura.
Haruskah aku menyesali diriku sendiri hanya demi cintamu?
Kau keliru jika pikir aku tak bisa hidup tanpamu,
Aku telah hidup sebelum kau datang, dan akan tetap hidup sesudahmu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun