Tak pernah terbayangkan sebelumnya, ini seperti akhir dunia. Dada terasa sesak, proses pernafasan terganggu, udara yang harusnya masuk ke paru-paru tiba-tiba tidak bisa masuk, hanya sedikit, tidak muat lagi.
Nafas hanya satu tarikan nafas pendek, berupaya menyambung nafas, dengan hanya sedikit ruang.
Dengan pandangan mata yang semakin memudar, aku minta tolong istriku,
"Mah tolong kerokin, aku masuk angin," dengan kondisi begitu, tak bisa berbaring. Hanya jongkok, lalu berdiri, lalu diulangi lagi. Aku terus menggeliat mencari posisi supaya dadaku tidak sakit.
Nafasku tersengal, rapat pendek, tidak penuh masuk ke bagian paru-paru. Terasa hanya sedikit udara yang masuk, di ujung dada, di bawah kerongkongan, udara itu sampai. Hingga akhirnya harus ke luar lagi bergantian dengan yang lain.
Jika masuk angin, biasanya saya hanya dikerok, atau diurut seluruh badan, hingga angina itu keluar semua. Bagaimana keluarnya, lewat sendawa.
Saat dipijit biasanya suara sendawa terus keluar, menggelegar, membuang angin yang mengendap di dalam tubuh. Bahkan terkadang juga keluar dari jalur belakang. 'itu normalkan'.
Kemarin tidak keluar, aku bingung, keringat dingin bermunculan, aku semakin bingung.
Istriku menyela, "Ini bukan angin, kalau angin pasti keluar," kata wanita yang kukenal jauh sebelum mengenal Kala.
"Ayo ke dokter," istriku langsung bergegas menyiapkan perlengkapan.
Aku masih belum percaya, kenapa aku? Ini bukan masuk angin biasa?