"Jangan sentuh tubuhku pak, atau aku akan teriak agar semua orang di sekolah ini tau siapa bapak sebenarnya."
"Tenang Rasty  bapak hanya ingin mengobatimu."
"Kenapa harus membuka bajuku pak? Kenapa?, Kau juga melepas maskerku, bapak sudah kelewatan, saat aku setengah sadar kau mencumbuiku kan?, Kembalikan pakaianku pak, atau aku akan berteriak hebat."
"Cukup Rasty, jangan emosi bapak tidak melakukan apapun pada dirimu."
"Selama ini aku tak percaya apa yang teman-teman katakan, hari ini aku baru tau belang aslimu."
Perempuan muda berwajah manis itu, dengan cepat berlari keluar dari ruang kesehatan sekolah. Dia buru-buru mengambil tas dan kendaraannya di parkiran. Â Dia merasa kesal atas perlakuan lelaki bertubuh gendut yang biasanya memberi materi pelajaran yang berhubungan dengan kebugaran dan olahraga. Sesampai di rumah dia langsung mengunci dirinya dalam kamar. Air matanya tumpah. Hatinya terkoyak. Dia merasa ternodai oleh lelaki yang sejak pagi menungguinya . Gadis belia itu tak sadarkan diri saat pelajaran olahraga sedang berlangsung.
"Nak, nak, ada apa nak? Kenapa kamu menangis? Buka pintunya nak." Ibunya Rasty tak henti-henti meminta pintu kamar dibuka.
"Aku tidak apa-apa Bu, hanya kelelahan."
"Buka pintunya nak, ibu bantu memijat badanmu dengan minyak hangat."
"Tidak Bu, aku lagi ingin sendirian Bu. Aku mau istirahat."
"Ya sudah berhentilah menangis  malu nak, kedengaran tetangga."