"Dari mana aja Mas? lupa ya kalo hari ini aku pulang?'
  "Maaf Bu, ingatlah Bu, semenjak kamu diklat aku ketimpaan sial Bu, HP  hilang saat main futsal."
  "Mas kan bisa pinjam HP teman sekedar kasih kabar anak-anak ."
  "Mas malu bu, jadi memilih diam aja."
  "Satu lagi, Mas kenapa sama sekali tak sudi membuka kedai? kan pelangan kita bisa lari,"
  "Mas lagi cari kerjaan Bu, kerjaan yang nantinya bisa menambah penghasilan  yang penting halal kan bu?'
  "iya Mas, tapi kedai kita ini kalau mati kita semua ikutan mati kelaparan Mas!."
  "Insyallah tidak Bu, Allah itu maha penyayang dan pengasih apalagi pada Ibu yang taat ibadah."
Kunti Puspa tambah penasaran, kenapa suaminya tak jujur kalau dia sudah bekerja. apakah malu karena  hanya kerja serabutan?. sebenarnya ada apa ini? semua yang diucapkan suaminya sudah dipercaya. tak seperti biasanya. Mas Irwan yang dia kenal biasanya sangat jujur dan tak pernah menyembunyikan apa pun. pikiran Kunti Puspa penuh tanda tanya.
"Bu, besok pagi-pagi Mas harus berangkat cari kerjaan. Nanti jangan lupa bangunkan Mas saat azan subuh jika belum bangun."
   "Iya Mas, aku ada kabar bahagia Mas, ini aku dapat amplop berisi uang 5 juta, laptop dan juga peralatan mengajar dari kegiatan di ibu kota kemaren."
    "Luar biasa istriku ini, sejak dulu kamu selalu jadi juara jika ikut lomba apa pun, selamat ya  istriku yang jenius, muach, muach, muach." Ciuman hangat bertubi-tubi dilepakan suaminya, membuat pipi Kunti Puspa merah merona.