Mohon tunggu...
Sulistiyo Kadam
Sulistiyo Kadam Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati ekonomi, interaksi manusia, dan kebijakan publik

Kumpulan Kata dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-Jalan Hemat ke Hongkong (Ding-Ding, Peak Tram, Mongkok)

17 Juni 2011   06:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:26 4751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 #4 : Ding-Ding, Peak Tram, Mongkok

It's our 3rd day in Hong Kong, Guys! Hari ini kami akan mencoba Tram atau Ding Ding ke Causeway Bay dan  mencicipi makanan Indonesia di sana. Setelah itu, melanjut ke Victoria Peak, dan terakhir ke Mongkok untuk berburu gadget (salah satu arti berburu menurut kami adalah windows shooping :) ) . Tapi sebelumnya kami mau berbagi tentang kaos diskonan kami yang hampir hilang.

Malam sebelumnya di Nathan Roads, TST (Tsim Sha Tsui), kami sempat melihat beberapa barang seperti Samsung Tab, IPad, pakaian, dan oleh-oleh. Nah, di gerai Giordano kami membeli 3 buah kaos berkerah v seharga 50 HKD, total harganya 150 HKD. Setelah menjelajah Nathan Road di TST, akhirnya kami menyeberang kembali ke Central dan lanjut ke Park Island. Di ferry jurusan Park Island, tas berisi kaos yang kami beli di Giordano, saya taruh di bawah dekat kaki. Saat turun, dengan acuhnya saya segera bergegas. Sebelumnya kami sepakat mampir dulu ke 7 Eleven untuk membeli snack pengantar tidur.

Selesai belanja, kamipun bergegas ke Noah's Ark dan siap melepas lelah. Satu sampai lima menit pertama, canda tawa penuh kekaguman akan Hong Kong memenuhi kamar. Lima menit kedua, makanan mulai dicoba. Lima menit selanjutnya, saya mulai membuka peta Hong Kong dan mengingat perjalanan kami seharian. Dan saat itulah saya sadar kantong belanjaan berisi kaos anugerah diskon itu tidak terbawa dan tertinggal entah dimana. Suasana penuh kekecewaan mulai terasa. Memang harganya tidak seberapa, tapi kami sudah terlanjur suka. "Jangan-jangan di 7 eleven". Ada yang menduga kantong itu tertinggal di sana. Cuman dengan penuh kelupaan, saya tidak bisa memastikannya. Ingatan terakhir akan tas itu berhenti di ferry. "Nggak, kayaknya di ferry". Saya mulai sedikit yakin. "Yah pasti ilang deh. Tapi ya sudahlah, daripada merusak suasana". Entah kenapa saya yakin barang itu nggak hilang. "Feelingku aman kok. Ini Hong Kong bukan Indonesia". Bukan apriori terhadap bangsa sendiri, tapi siapa yang bakal menyangkal jika kita ketinggalan barang di tempat umum di Indonesia, pasti nggak bakal balik. "Halah pasti sama saja. Orang Hong Kong kan juga manusia,"seorang teman nampaknya terusik rasa nasionalismenya. Akhirnya kita sepakat masalah kaos tidak dibahas, toh besok bisa cari lagi (tapi itu kan murah banget!! :(. Sebelum tidur, kami bersepakat untuk memulai perjalanan besok pada jam 7 pagi.Rencana tinggal rencana, seperti biasa kami telat 20 menit. Memang belum cocok tinggal di Hong Kong ni nampaknya. Setelah check-out segera kami bergegas ke dermaga. Sayangnya tas punggung yang kami bawa membuat perjalanan terasa kurang nyaman, ditambah lagi dengan rasa capek yang belum hilang sepenuhnya karena perjalanan hari sebelumnya.  Suasana dermaga pagi itu tidak begitu rame. Mungkin karena hari Sabtu. Beberapa orang yang berjalan menuju terminal tampak seperti keluarga yang akan berlibur bersama anak-anaknya.

Begitu masuk terminal, kantong berisi kaos diskonan itupun teringat kembali. Segera kami menuju counter informasi. "Excuse me Sir. I have my bag left in the cabin last night ". I didn't left it hahahaha. "Oh bag, wait a minute". Petugas itu kemudian bertanya kepada petugas yang lain. Kami ulangi keluhan kami kepada petugas yang baru. And surprised!! Kantong kami telah ada di counter dalam kondisi lengkap. Hehe, salah satu teman pun mengakui,"Orang Hong Kong memang beda". Dan dengan kantong Giordano di tangan, kami masuk kapal dengan ceria, berharap perjalanan hari ini akan menyenangkan. Jam 8.00 tepat, ferry berangkat dan sampai di Pier 2  Terminal setengah jam kemudian.

Sebenarnya kami belum tahu persis dimana letak stasiun tram terdekat. Akhirnya kami berjalan ke Shun Tak Center. Menurut seorang perempuan yang kami tanya di jalan, kami mesti menyeberang Conaught Road Central. Kalau melihat tram tinggal cari haltenya. Dan benar saja, setelah tram yang kami cari terlihat, kami segera mencari halte tram terdekat.

 

Ding-Ding adalah sebutan untuk tram di Hong Kong yang merupakan moda transportasi murah. Ongkosnya hanya 2 HKD berlaku jauh dekat sepanjang masih dalam satu lintasan/jurusan. Ada 6 jurusan yang dilayani, dan semuanya hanya ada di Hong Kong Island. Kennedy Town-Happy Valley,Kennedy Town-Shau Kei Wan,Shek Tang Sui-Causeway Bay,Shek Tang Sui-North Point,Western Market-Shau Kei Wan, dan Happy Valley-Shau Kei Wan.

Karena hendak ke Causeway Bay, kami memilih jurusan Sek Tang Sui-Causeway Bay. Tram lain yang bisa dicoba adalah Shek Tang Tsui-North Point dengan lintasan yang lebih panjang. Situs Discover Hong Kong menyajikan ilustrasi menarik tentang Ding-Ding. Jas cekidot! 

 

 

Begitu naik tram, kami segera menuju lantai 2 agar pemandangan lebih leluasa. Pemandangan di sisi jalan yang dilalui tampak mengesankan. Tidak rugi memang mencoba tram ini apalagi ongkosnya cuma 2 HKD. Tapi dari segi kenyamanan tentu saja kurang. Selain karena tempat duduknya yang sempit dan keras, ruangan tram terbuka sehingga saat panas menjadi kurang nyaman. Tapi buat yang pertama kali ke Hong Kong, Ding-Ding wajib dicoba.

Hanya perlu waktu 30 menit untuk sampai di Causeway Bay. Sebenarnya kami tidak punya tujuan yang pasti, melainkan hanya ingin melihat Victoria Park, tempat berkumpulnya pekerja dari Indonesia dan mencicipi masakan Indonesia di sana. Begitu menjelajah memang terlihat restoran dengan menu Indonesia dimana-mana. Sayangnya sebagian besar belum buka pada jam 9.20 itu. Dan restoran yang sudah buka pun tidak menampilkan tanda halal. Di sekitar Victoria Park, dengan mudah akan ditemui pekerja Indonesia dengan berbagai aktivitas dari mengirim uang di Money Transmitter, membeli pulsa di toko-toko HP, berdiri di pinggir jalan dan sibuk menelepon, mengobrol dengan sesama teman Indonesia, atau sekadar duduk-duduk di pinggir Victoria Park.

 

Penampilan merekapun beragam, dari yang berjilbab lengkap sampai yang berambut punk dengan anting di beberapa bagian wajah. Ketika kami menanyakan tempat makanan halal, mereka justru menyarankan Yoshinoya dan bukan beberapa restoran yang memasang menu dalam Bahasa Indonesia. Akhirnya kami bergegas mencari Yoshinoya ke arah yang ditunjukkan. Sayangnya tidak ketemu. Sampai akhirnya kita putuskan kembali ke Central saja dengan MTR.Dengan agak kecewa kami mencari stasiun MTR terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun