Mohon tunggu...
Difai Sdn
Difai Sdn Mohon Tunggu... Auditor - Time Traveller

Independent Party

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memahami Alam

13 September 2016   10:52 Diperbarui: 13 September 2016   11:02 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: nationalgeographic.co.id

Sering kita menyaksikan di televisi ataupun membaca di media cetak dan online, betapa besar dampak kehancuran yang ditimbulkan dari sebuah bencana alam. Masih segar dalam ingatan kita tsunami Aceh yang meluluh lantakan Bumi Serambi Mekah itu. Manghancurkan seluruh infrastruktur bangunan dan merengut ratusan ribu jiwa manusia. Atau bencana gempa bumi di Haiti yang menewaskan lebih dari 200 ribu jiwa dan 3 juta penduduk kehilangan tempat tinggal.

Bencana gunung meletus, bencana kelaparan, bencana banjir, bencana kekeringan dan banyak lagi bencana-bencana yang ditimbulkan oleh alam yang menyebabkan ratusan ribu nyawa manusia melayang. Gedung-gedung runtuh. Tanah terbelah. Pohon-pohon tumbang. Tubuh-tubuh manusia bergelimpangan bermandikan darah. Anak-anak kecil kehilangan ibu dan ayahnya. Kesakitan, penderitaan, nestapa, jerit tangis selalu mewarnai setiap bencana.

Apakah alam sedemikian kejam? Mengapa alam sedemikian dahsyat memusnahkan peradaban manusia? Mengapa alam sedemikian murka? Bukankah manusia itu khalifah bumi? Seharusnyalah alam disediakan Tuhan untuk dikelola manusia. Mengapa alam seolah menjadi musuh bagi manusia?

Alam memang kejam. Dengan guncangan gempanya, dia hancurkan bangunan tempat manusia bernaung. Dia luluh lantakan gedung-gedung yang dibangun dengan susah payah. Dia ratakan rumah tempat ayah ibu membesarkan anak-anaknya. Dengan sapuan banjir, dia musnahkan kota. Dengan luapan lahar, dia musnahkan desa. Dengan tiupan taufan, dia musnahkan peradaban kebanggaan manusia.

Alam memang bengis. Tanpa kenal kasihan, dia sebar wabah penyakit yang menghabiskan ribuan nyawa. Tanpa ampun, dia keringkan sungai dan danau hingga tak tersisa setetes airpun. Ribuan tanaman mati dalam sekejap. Ribuan ternak menyusul kemudian. Ribuan nyawa manusiapun melayang sia sia. Tanpa iba, dia ledakan gunung, dia muntahkan lahar, dia sebarkan abu vulkanik. Dalam hitungan hari, ribuan nyawa melayang dan jutaan pengungsi kelaparan.

Alam memang kejam. Alam memang bengis.

Tapi pernahkah kita menyadari dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh alam tidaklah sedahsyat yang disebabkan oleh manusia. Setiap kejadian bencana alam, paling tidak hanya merengut korban dibawah satu juta jiwa. Bandingkan dengan kerugian peradaban yang ditimbulkan oleh perang. Perang dunia pertama merengut 20 juta jiwa. Perang dunia kedua lebih dahsyat lagi yaitu 55 juta jiwa. Perang-perang lokal juga merengut korban tak kalah banayk. Seperti yang terjadi di Vietnam, Khmer Merah di Kamboja, Bosnia, dan lainnya. Belum lagi jika kita bicara kerugian lingkungan hidup yang harus ditanggung oleh alam.

Sumber gambar: nationalgeographic.co.id
Sumber gambar: nationalgeographic.co.id
Pernahkan kita juga berfikir bahwa alam telah memberikan begitu banyak untuk kehidupan manusia.

Oksigen yang kita hirup. Tanpa oksigen, makhluk hidup tidak akan dapat hidup dalam hitungan detik.

Air yang kita minum. Tanpa air, semua makhluk hidup akan punah. Kita hanya dapat bertahan tanpa air dalam  hitungan hari.

Tumbuhan yang tumbuh dipermukaan bumi. Beraneka ragam tumbuhan untuk beraneka kebutuhan manusia. Padi, jagung, palawija, karet, kayu jati, kapas, dan seluruh produk yang diturunkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun