Penghambuaran anggaran yang menjadi sorotan utama terjadi di Department of Equity and Inclusion (DEI) Â yang jumlahnya mencapai US$233 juta (setara dengan Rp. 3.838.898.097.500.00). Â Anggaran juga digunakan untuk promosi LGBT baik di Amerika maupun di negara lain. Kebororan lain terjadi juga di Kementerian Pertahanan yang jumlahnya mencapai US$ 80 juta (setara dengan Rp. 1.318.076.600.000.00).
Angka angka yang cukup fastastis ini  termasuk yang terjadi juga di Kementerian Pendidikan ini  mengungkap fakta bahwa korupsi dan penyalahgunaan anggaran serta peruntukan anggaran yang tidak tepat terjadi secara sistemik dan telah belangsung sangat lama dan mengakar.
Berbagai temuan DOGE ini tergolong penghamburan uang yang tidak masuk akal  seperti misalnya merenovasi ruang kantor dengan perabotan eksklusi tapi tidak digunakan kantornya, anak berusia 5 tahun dapat bantuan penguatan modal usaha kecil dan juga orang yang berumur di atas 200 tahun mendapat jaminan sosial ini menyadarkan pada rakyat Amerika bahwa  selama ini uang pajak mereka tidak  digunakan  sebagai mestinya melalui manupulasi data. Belum lagi temuan DOGE yang mengunggap bahwa cukup banyak jumlah pegawai pemerintahan yang selama ini tidak ngantor tapi menerimag gaji.
Apa yang diunggapkan oleh DOGE ini menjadi bom nuklir dengan daya ledak sangat besar yang menjadi senjata utama presiden Trump untuk melakukan effisiensi termasuk menutup kantor kantor pemerintah yang dianggap tidak berdampak dan membebani anggaran, memberhentikan pegawai pemerintahan yang tidak memiliki performa baik dan memotong alokasi anggaran belanja di hampir semua  kementrian.
Langkah yang dilakukan DOGE ini tentunya mendapat tantangan dari kelompok yang selama ini menikmati suasana kerja dan keterlimpahan anggaran serta keleluasaan penggunaan anggaran yang tidak dapat dikendalikan  oleh pemerintahan Federal.
Gelombang penolakan efisiensi anggaran ini awalnya menimbulkan protes di berbagai negara bagian yang tentunya dimotori oleh Partai Demokrat  yang kini mengambil sikap oposisi terhadap apapun kebijakan Trump.  Namun pada akhirnya warga Amerika menilai  temuan DOGE  yang digunakan oleh Trump untuk melakukan efisiensi anggaran harus diakui merupakan langkah awal memutus lingkaran setan dan rantai mega korupi yang yang telah mengakar serta menghindari Amerika Serikat dari kebangkrutan.
Korupsi yang menggurita di hampir semua lembaga pemerintahan  ini tidak lepas dari gaya kepemimpinan presiden Joe Biden yang terkendala dengan  kesehatan dan penurunan daya ingat. Saat ini sedang diselidiki pihak pihak mana yang menutup nutupi masalah kesehatan Joe Biden dan siapa yang mengendalikan pemerintahan ketika Joe Biden tidak memiliki kemampuan lagi menjalankan pemerintahan, serta siapa yang menggunakan autopen untuk menandatangani executive order yang dikelarkan oleh Biden.
Suara keras partai demokrat menentang kebijakan Trump utamnaya keberadaan DOGE ini dapat dimengerti karena seiring dengan berjalannya waktu diprediksi akan semakin banyak korupsi dan penyalahgunaan anggaran yang muncul ke permukaan yang dapat dipastikan melibatkan partai Demokrat sehingga akan menghancurkan reputasi Partai Demokat  yang semakin tidak populer di mata warga Amerika.
Indikasi kuat ini muncul misalnya  ketika hakim hakim  yang diangkat di masa Obama yang nota bene merupakan simpatisan Partai Demokrat  secara sistimatik  mencoba menghambat dan menggagalkan executive order yang dikeluarkan Trump.
Mega korupsi yang terjadi di Amerika ini menyadarkan kita semua bahwa di negara maju sekalipun terjadi  jika dibiarkan menggurita dan tidak terkendali.  Mega korupsi ini tentunya tidak terlepas dari kepentingan politik partai yang berkuasa untuk melanggengkan kepentingan politiknya. Dalam situasi seperti inilah korupsi akan tumuh dengan subur dan pada akhirnya masyarakatlah  yang menjadi korban karena hak mereka terambil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI