Di tengah tengah suasana yang makin memanas menjelang pemilu  tingkat federal  di Australia muncul pernyataan yang membuat perdebatan antar  anggota parlemen semakin panas dan sengit. Informasi tentang rencana Rusia membuka pangkalan militernya di Indonesia  menyebabkan kekisruhan  politik di tengah kampanye pemilihan umum tingkat federal Australia.
Pernyataan yang disampaikan oleh anggota parlemen dari Partai Buruh bahwa Rusia telah mengajukan permintaaan kepada pemerintah Indonesia atas pembukaan pangkalan Rusia di Papua bak menyiram minyak di kobaran api api.
Sontak saja pernyataan ini menjadi bola liar  karena secara geopolitik dan keamanan  Australia berada di kubu Amerika dan berseberangan  dengan Rusia dan tentunya jika isu yang beredar ini benar  maka tentunya akan merubah peta pertahanan dan keamanan  regional secara drastis
Isu panas yang beredar ini tentu saja bukan sembarang isu karena didasari oleh publikasi intelejen Australia yang mengungkapkan bahwa Rusia telah melakukan permintaan resmi ke Indonesia untuk menempatkan pesawat Rusia di Pangkalan Angkatan Udara Manuhua di Biak Numfor di propinsi Papua, Indonesia. Posisi pangkalan udara ini sangat dekat dengan Australia karena jaraknya hanya hanya 1.400 kilometer dari Darwin yang dari sisi keamanan akan menjadi ancaman yang nyata bagi Australia  jika konflik terjadi.
Isu ini menggelinding bak  bola salju yang mulai tidak terkendali ketika Perdana Menteri Australia menolak menjawab apakah pemerintah  mengetahui  kenyataan yang sebenarnya terkait rencana pembukaan pangkalan udara  Rusia ini. Bola salju ini semakin membesar  setelah Duta Besar Rusia untuk Indonesia menyindir Australia, bahwa Australia  sedang memainkan isu Rusia terkait informasi hubungan militer yang lebih erat antara Rusia dan Indonesia untuk kepentingan pemilu.
Walaupun berdasarkan analisa intelejen Australia prospek pembukaan pangkalan militer Rusia di Papua ini kecil kemungkinannya, namun isu penempatan pesawat militer Rusia terus bergulir karena Perdana Menteri Australia menolak memberikan informasi atas kebenarannya. Disamping itu belum ada pejabat terkait Indonesia yang  secara terbuka menyangkal bahwa permintaan telah diajukan.
Isu ini semakin memanas karena digunakan sebagai isu politik dan keamanan dari kedua kekuatan politik  yang berseberangan.  Anggota parlemen dari patai buruh menyatakan bahwa Rusia tidak pernah mengajukan permintaan dan klaim  yang disampaikan oleh pihak oposisi tidak berdasar.  Apalagi anggota parlemen yang membuat pernyataan  ini menolak  memberikan informasi lebih lanjut terkait keabsahan pernyataannya.
Ketegangan antara Australia yang notabene adalah sekutu Amerika dengan Rusia memang sudah lama tejadi dan  memuncak ketika Rusia menginvasi Ukraina. Perdana Menteri Australia secara terbuka menuduh Rusia melakukan propaganda dan ekspansi militernya ke wilayah yang sangat sensitif yang akan mengancam keamanan Australia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia dalam tulisannya di media Indonesia ternyata tidak menyinggung sama sekali apakah Rusia pernah meminta Indonesia terkait pangkalan udara yang diributkan oleh pihak Australia ini.
Apa Manfaatnya Bagi Rusia?
Terlepas dari validitas  isu yang beredar di Australia, pertanyaan yang paling mendasar adalah mengapa Moskow yang posisinya 9.300 km dari Jakarta dan 11.000 dari Darwin merencanakan membuka pangkalan udaranya di Biak? Pertanyaan lain yang muncul adalah mengapa Rusia mendekati Indonesia padahal Rusia sudah dapat dipastikan faham bahwa Indonesia dan Australia memiliki kerjasama pertahanan yang erat. Jika hal ini benar apa yang sebenarkan akan didapatkan oleh Indonesia jika kerjasama pertahanan ini terwujud?
Pernyataan Duta Besar Rusia untuk Indonesia yang menyebut bahwa kerja sama militer merupakan bagian integral dari hubungan antar pemerintah antara Federasi Rusia dan Republik Indonesia, menyiratkan minat Rusia  sekaligus deklarasi  bahwa posisi Indonesia sangat startegis dalam keamanan wilayah dan kawasan.
Satu hal yang dapat dimengerti adalah jika memang benar Rusia membuka pangkalan udaranya di Biak terkait dengan  posisi strategis Biak yang hanya berjarak 1.900 km dari pangkalan militer Amerika di Guam dan jaraknya hanya 1.400 km dari wilayah Australia terdekat yaitu Darwin.
Australia  pernah mengalami hal yang pahit di Perang Dunia II ketika kota Darwin  dan wilayah Northern Territory ini diserang Jepang dan sempat meluluh lantakkan pertahanan Australia  dalam sekejap.
Sebagai catatan dengan membuka pangkalan udara di Biak maka pesawat jarak jauh Rusia dapat dengan mudah mencapai wilayah ini karena pesawat pengangkut militer Rusia dapat menempuh jarak 10 ribu km.
Berdasarkan analisis pakar militer dari Australian National University, keberadaan pangkan udara militer Rusia di Biak ini akan secara nyata  meningkatkan kemampuan intelejen, pengawasan dan pengintaian serta pengumpulan data militer Australia dan Amerika di Guam. Hal lain yang perlu juga dikaji  tentunya kedekakan Rusia dan Tiongkok yang tentunya dapat saja informasi militer ini mengalir  ke Tiongkok.
Biak memang tidaklah asing bagi Rusia, karena menurut catatan Australia di tahun 2017 Russia pernah menggunakan Biak sebagai pangkalan untuk latihan militer selama 5 hari dalam rangka mengumpulkan informasi intelejennya yang sempat menghebohkan Australia.
Jadi dapat dimengerti mengapa Australia sangat berkepentingan terkait informasi pembukaan pangkalan udara Rusia di Biak karena terkait dengan  pengaruh militer Australia di wilayah  pasifik selama ini.
Hanya waktu sajalah yang akan menentukan apakah pembukaan pangkalan militer Rusia di Biak ini akan menjadi kenyataan yang akan memanaskan  perlombaan pengaruh militer Rusia, Amerika dan Australia di kawasan ini. Hal  penting lain yang  menjadi penentu adalah sikap politik Indonesia apakah Indonesia akan mengijinkan pembukaan pangkalan udara ini dan  tentunya reaksi  Amerika juga sangat menentukan keputusan Indonesia.
Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI