Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memahami Anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

13 April 2021   11:20 Diperbarui: 14 April 2021   11:54 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ADHD (SHUTTERSTOCK/StepanPopov via KOMPAS.COM)

Kita tentunya pernah mengenal istilah anak sulit konsentrasi  dan hiperaktif yang dalam bidang kesehatan dikenal sebagai ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).

Anak yang mengalami kelainan ini biasanya akan sangat sulit untuk belajar dan bermain bersama dengan anak seusianya karena mengalami masalah konsentrasi dan juga hiperaktif.

Anak dengan ADHD tentunya memerlukan waktu dan perhatian orangtua yang lebih dibandingkan dengan mengasuh anak normal.

Di dunia ADHD dikategorikan sebagai kelainan yang paling banyak terjadi pada anak yaitu sekitar 5-7%.

ADHD dapat didefiniskan sebagai kondisi dimana anak yang memiliki kelainan ini memiliki pola kurang perhatian dan hiperaktif yang permanen yang berdampak pada perkembangan.

Ciri-ciri anak dengan ADHD yang paling menonjol adalah perhatian dan perilaku hiperaktif-impulsif. Gejala ADHD dimulai sebelum usia 12 tahun dan pada beberapa anak, gejala tersebut terlihat lebih dini lagi yaitu  sejak usia 3 tahun. Gejala ADHD bisa ringan, sedang atau berat  dan dapat  berlanjut hingga dewasa

Sumber: psycom.net
Sumber: psycom.net
Apa Gejala ADHD?

Gejala yang paling umum yang ditunjukkan anak dengan ADHD ini adalah :

  • Sulit konsentrasi dan kurang perhatian terutama untuk tugas yang tidak diinginkan.
  • Hiperaktif, yang mungkin bersifat fisik, verbal, dan / atau emosional.
  • Impulsif, yang sering ditunjukkan dengan tindakan kecerobohan.
  • Gelisah
  • Disorganisasi dan kesulitan memprioritaskan tugas.
  • Manajemen waktu yang buruk dan tidak kenal  waktu.
  • Perubahan suasana hati yang sering  terjadi  dan ketidak teraturan emosi
  • Pelupa dan memori  yang buruk
  • Kesulitan melakukan  multitasking dan disfungsi eksekutif
  • Ketidakmampuan untuk mengendalikan amarah atau frustrasi
  • Kesulitan menyelesaikan tugas dan sering menunda-nunda
  • Kesulitan menunggu giliran

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah angka anak yang didiagnosa dengan  ADHD di dunia mengalami peningkatan.

Hasil penelaahan yang dilakukan dari hasil 300 penelitan dalam kurun waktu 40 tahun dengan menggunakan big data yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Sydney dan Bond University  menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah anak ataupun orang dewasa yang menderita ataupun menerima pengobatan yang terkait dengan ADHD sejak tahun 1980 an.

Peningkatan angka ADHD ini dapat dimaknai sebagai pertama bahwa pendiagnosaan awal berhasil sehingga secara dini anak dengan ADHD terdeteksi  lebih dini, namun sebaliknya menjadi kekhawatiran tersendiri jika peningkatan ini memang disebabkan semakin bertambahnya anak yang mengalami kelainan.

Memahami Anak Dengan ADHD

Kondisi anak yang mengalami kelainan  ADHD ini memang sangat beragam dari mulai sangat ringat sampai dengan sangat berat.

Dengan spektrum yang sangat lebar ini maka tidak heran jika ada sebagian anak yang menderita kelainan ADHD ini sangat ringan dan tidak mengganggu aktivitas kesehariannya, namun sebaliknya ada anak yang memang sangat sulit untuk berdiam diri walaupun hanya sesaat saja, sangat mudah terganggu konsentrasinya dan mudah lupa.

Hasil penelitian ini juga sangat menarik karena ternyata gejala ringan dan beratnya juga tergantung pada  negara.

Sebagai contoh di Amerika 50% dari anak yang terdiagnosa mengalami ADHD memiliki gejala ringan dan hanya 15% yang mengalami gejala berat.  Sebaliknya di Italia anak yang mengalami ADHD berat hanya 1%.

Hal yang perlu kita cermati adalah pelabelan dan penyebutan anak ADHD tentunya dapat saja berdampak negatif baik secara sosial, psikologi dan juga pendidikannya.

Oleh sebab itu sangatlah penting dilakukan diagnosa yang tepat bagi anak yang memperlihatkan gejala ADHD yang berat agar dukungan yang diperlukan dapat diberikan secara tepat.

Pakar ADHD menyarankan jika kita memiliki anak dengan gejala ringan maka diperlukan waktu untuk mengamati dan menunggu beberapa waktu dan jangan langsung anak diberi label ADHD sebelum hasil diagnosa membuktikan hal tersebut.

Sebaliknya jika anak mengalami gejala ADHD berat sebaiknya dapat segera dilakukan pemerikasaan yang lengkap agar  tindakan lanjutan yang akan dilakukan dapat diberikan secara tepat dan cepat.

Langkah ini perlu dilakukan agar kita dapat menghindari potensi bertambah parahnya gejala dan juga dampak  negatif pada anak.  Disamping itu sebagai orang tua kita dapat memberikan perhatian dan sumberdaya yang diperlukan secara lebih efektif.

ADHD  merupakan kondisi kronis yang mempengaruhi jutaan anak dan sering berlanjut hingga dewasa. ADHD mencakup kombinasi masalah yang terus-menerus, seperti kesulitan mempertahankan perhatian, hiperaktif, dan perilaku impulsif.

Anak-anak dengan ADHD mungkin saja sekaligus berjuang melawan rendahnya rasa percaya diri, masalah komunikasi dan kinerja yang buruk di sekolah.

Meskipun pengobatan tidak akan menyembuhkan ADHD, pengobatan ini dapat membantu mengatasi gejala. Perawatan biasanya melibatkan pengobatan dan intervensi perilaku.

Hal yang perlu kita perhatikan adalah diagnosis dan pengobatan dini dapat membuat perbedaan besar dalam keberhasilan penanganan anak dengan ADHD ini.

Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan, Sembilan, sepuluh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun