Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Keberanian Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun Menyuarakan Nurani Rakyatnya

28 Februari 2021   18:19 Diperbarui: 4 Maret 2021   19:09 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun ketika menyarakan nurani rakyatnya di PBB. Photo: United Nations TV, Reuters

Ada kejutan besar di PBB pada sidang hari Jumat lalu ketika Duta Besar Myanmar Kyaw Moe Tun mulai berbicara sebagai representasi negara Myanmar yang sedang menjadi sorotan dunia akibat kudeta yang dilakukan oleh pihak militer.

Para wakil negara yang hadir saat itu mungkin tidak pernah berharap pada Duta Besar ini karena seperti biasanya duta besar yang mewakili negara negara tirani dan diktator pastilah menjadi corong pemerintahnya apapun yang terjadi.

Namun para perserta sidang yang membahas khusus kudeta yang terjadi di Myanmar ini terkejut sekaligus menyambut pernyataan Duta Besar Kyaw Moe Tun sebagai angin segar demokrasi.

Secara tegas tanpa tedeng aling aling Kyaw Moe Tun menyatakan bahwa kudeta militer yang terjadi di negaranya harus segera diakhiri dengan cara apapun oleh dunia internasional.

Bahkan Kyaw Moe Tun meminta dewan keamanan PBB dan dunia internasional bekerja sama menggulingkan pemerintahan militer yang melakukan kudeta militer dan melanggar hak sipil rakyat Myanmar.

Kyaw Moe Tun menyatakan bahwa dirinya berbicara atas nama pemerintah Aung San Suu Kyi dan mengharapkan bahwa dunia Internasional segera mengambil tindakan tegas untuk mengakhiri kudeta militer di negaranya.

Di akhir pidatonya yang singkat namun sangat tegas ini Kyaw Moe Tun memperagakan tiga jari tengah dengan menekuk ibu jari dan kelingking yang merupakan lambang perjuangan rakyat yang kini sedang turun ke jalan melakukan demonstrasi.

Rakyat Myanmar turun ke jalan memperjuangkan demokrasi. Photo: AFP
Rakyat Myanmar turun ke jalan memperjuangkan demokrasi. Photo: AFP
Tiga Jari, simul perjuangan rakyat Myanmar. Photo: CNN
Tiga Jari, simul perjuangan rakyat Myanmar. Photo: CNN
Represif militer sudah menimbulkan korban jiwa. Photo: DW
Represif militer sudah menimbulkan korban jiwa. Photo: DW
Dengan posisinya sebagai Duta Besar Myanmar di PBB pastilah Kyaw Moe Tun tahu betul konsekuensinya melawan kekuatan militer di negaranya.

Sebagai diplomat senior pastilah Kyaw Moe Tun merupakan orang yang terpilih yang telah malang melintang di dunia diplomatik.

Tidak sampai 2 hari selepas pidatonya di PBB siaran TV Myanmar yang dikontrol penuh oleh pemerintahan militer mengumumkan bahwa Kyaw Moe Tun dipecat sebagai dari posisinya sebagai duta besar di PBB karena tindakan dan ucapannya yang tidak merepresentasikan pemerintahan militer.

Bahkan bukan tidak mungkin nyawa dirinya dan juga keluarganya di Myanmar terancam oleh pihak militer yang berasa dipermalukan di dunia Internasional sebagai konsekuensi pidatonya tersebut.

Sejak awal PBB dan juga dunia internasional memang mengutuk kudeta yang dilakukan oleh pihak militer sekaligus menekan pihak militer untuk mengembalikan kekuasaannya kepada rakyat Myanmar.

Bahkan kini dunia internasional sudah mengambil langkah seperti misalnya membekukan semua aset dan harta pihak militer yang melakukan kudeta dan akan memberi sangsi yang lebih tegas jika suara dunia internsioanl diabaikan.

Keberanian Kyaw Moe Tun yang mengejutkan dunia memang memberikan angin segar bahwa di zaman sekarang kudeta sudah tidak ada tempatnya lagi di bumi ini.

Namun kini rakyat Myanmar sedang menunggu langkah kongkrit dari dunia internasional untuk mengakhiri kudeta militer dan juga tindakan represif pihak militer terhadap para demonstran yang kini turun ke jalan yang telah memakan lebih dari 50 korban jiwa.

Dunia internasional memang kini terbelah dalam hal sikap terhadap kudeta militer ini.

Sebagai contoh Cina dan negara negara ASEAN menganggap bahwa kudeta militer yang terjadi di Myanmar adalah urusan dalam negeri dan berharap bahwa krisis politik ini dapat diselesaikan melalui diplomasi.

Sementara di level PBB pemberhentian Duta Besar Myanmar oleh pihak militer merupakan awal dari jalan panjang menyelesaikan krisis politik ini.

Pemberhentian duta besar ini menimbulkan pertanyaan lanjutan apakah PBB masih mengakui dirinya sebagai wakil Myanmar?

Jika tidak apakah Kyaw Moe Tun masih akan tinggal di New York? Jika pulang ke negaranya sudah dapat dipastikan Kyaw Moe Tun akan mendapat hukuman berat karena dianggap sebagai musuh pihak militer.

Saat ini ada tiga negeri penentu sikap apa yang akan diambil oleh PPB, yaitu Amerika, Rusia dan Cina.

Paling tidak Kyaw Moe Tun telah berani dengan lantang menyuarakan hati Nurani rakyatnya yang kini sedang berjuang dan rela mengorbankan nyawa demi tegaknya kembali demokrasi rakyat sipil.

Kalaupun dirinya dan keluarganya menjadi tumbal kebrutalan pihak militer Myanmar tentunya rakyat Myanmyar akan selalu mengenang nya sebagai diplomat sejati yang layak disebut sebagai tokoh demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun