Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meredupnya Perekonomian, Akankah Arab Saudi dapat Bertahan di Tengah Krisis?

12 Mei 2020   09:30 Diperbarui: 12 Mei 2020   09:37 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja Salman (kanan) dan Pangeran Mohammed bin Salman (kiri). Photo: AP.

Bahkan senator Amerika mengancam jika Arab Saudi tidak menghentikan perang harga minyak ini maka Amerika akan menarik personel militer dan peralatan militernya dari Arab Saudi.

Sebagai mana yang kita ketahui jika hal ini terjadi maka situasi akan lebih memburuk, karena saat ini Saudi Arabia terlibat konflik regional seperti misalnya di Yaman.  Dengan  didukung sistem pertahanan Amerika pun kilang terbesar minyak Arab Saudi berhasil dihancurkan oleh serangan drone pihak yang anti terhadap Arab Saudi.

Penurunan pendapan Arab Saudi yang sangat drastis tidak saja datang dari penurunan harga minyak, namun juga dari pandemi korona yang memaksa Saudi Arabia melakukan Lock Down.  Dapat dibayangkan pendapatan negara yang sangat besar dari sektor wisata agama serta umroh dan haji anjok tajam.

Sampai saat ini pun masih belum dipastikan akapah penyelenggaraan haji untuk tahun ini akan dapat dilaksanakan.

Dalam pertemuan terakhirnya akhirnya Arab Saudi dan OPEK sepakat untuk memotong produksi minyak nya daslam jumlah yang sangat besar yaitu mencapai 9,7 juta barrel per hari.  Tampaknya langkah inipun dinilai tidak akan serta merta menaikkan kembali harga minyak dunia karena penurunan permintaan minyak dunia karena pandemic korona ini mencapai US$ 30 juta barrel per harinya.

Kombinasi antara perang dagang minyak dan juga pandemi korona membuat perekonomian Arab Saudi menciut dan kesulitan membiayai kebutuhan dalam negerinya.  Bahkan diperkirakan tabungan Arab Saudi selama kurun waktu 20 tahun terakhir sudah mulai tergerus dan mulai mencari pinjaman kepada pihak lain untuk menutupi kekurangan anggaran yang diperkirakan mencapai US $ 7 milyar.

Dalam situasi yang sangat sulit ini pemerintah Arab Saudi yang dibawah kepemimpinan Muhammad bin Salman mulai menerapkan pengetatan ikat  pinggang melalui langkah politik mengurangi jaminan sosial dan menaikkan pajak.

Arab Saudi yang dikenal pernah sebagai salah satu negeri tersejahtera di dunia kini sedang diambang keruntuhan ekonomi.  Bahkan pimpinan Arab Saudi memperingatkan rakyatnya bahwa masa masa sulit akan terjadi kedepan dan akan terjadi dalam waktu panjang

Pajak pertambahan nilai sudah diumumkan akan dinaikkan sebesar 15% mulai bulan Juli ini.  Peningkatan pajak ini sangat besar yaitu mencapai 300% mengingat sebelumnya pajak ini hanya 5%

Peningkatan pajak pertambahan nilai ini tentunya akan sangat menghantam perekonomian keluarga.  Disamping itu pemerintah Arab Saudi akan menunda pembayaran biaya hidup bagi pegawai negerinya mulai bulan Juni ini.

Langkah yang diambil pemerintah Arab Saudi untuk menyelamatkan perekonomiannya dinilai  sangat riskan karena diperkirakan akan menimbulkan gejolak sosial karena selama ini gejolak politik akibat belum  diterapkannya demokrasi secara konsekuen di Arab Saudi dapat diredam melalui berbagai jaminan sosial yang dapat menenangkan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun