Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penemuan Orangutan Tapanuli yang Menghebohkan Dunia

6 November 2017   16:51 Diperbarui: 6 November 2017   16:59 1661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis).. Photo:Maxime Aliaga/SOCP

Selama ini para ilmuwan sepakat akan adanya 6 jenis kera besar yang hidup di dunia, yaitu orangutan Sumatera, orangutan Kalimantan, gorilla eastern, gorilla western, chimpanzees dan bonobos.

Namun temuan gabungan dari berbagai negara termasuk Indonesia yang diketuai oleh Michael Krutzen dari the University of Zurich, Switzerland yang baru saja dipublikasikan di jurnal Current Biology pada tanggal 2 November 2017 yang lalu menjadikan jenis kera besar yang ada di dunia ini menjadi 7 jenis (sumber). Jenis kera besar yang baru ditemukan ini dinamakan orangutan Tapanuli dengan nama latin Pongo tapanuliensis. 

Penemuan ini tentu saja sangat menggembirakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang biologi, namun sayangnya jenis kera besar yang baru ditemukan ini status populasinya terancam punah akibat menciutnya habitat dan perburuan liar.  Jumlah orangutan Tapanuli ini diperkirakan hanya mencapai 800 ekor.

Penemuan yang menghebohkan

Penemuan jenis kera besar seperti orangutan Tapanuli ini memang sangat jarang terjadi dalam kurun waktu 200 tahun terakhir ini, oleh sebab itu penemuan ini dianggap memberikan kontribusi besar dalam proses dan sejarah  evolusi kera besar.

Hal yang paling menarik tentunya dari 7 jenis kera besar yang ada di dunia saat ini 3 diantaranya ada di Indonesia, sehingga jika ditinjau proses evolusi, Indonesia merupakan salah  titik cabang evolusi kera besar dunia.

Orangutan Tapanuli ini hidup di wilayah Batang Toru di Sumatera Utara.  Selama ini memang banyak rumor dan cerita masyarakat yang merebak di wilayah tersebut akan adanya orangutan ini, namun tidak ada satupun orang yang berhasil menemukan buktinya sampai pada tahun 1997.

Habitat orangutan Tapanuli ini berbeda dengan habitat orangutan Sumatera, yaitu di wilayah selatan habitat orang utan Sumatera. Perbedaan habitat kedua orangutan ini mengidikasikan bahwa keduanya memang berbeda dan tidak terjadi perkawinan diantara kedua jenis orangutan ini karena mereka berbeda spesiesnya.

Studi pendahuluan menunjukkan bahwa tingkah laku kedua jenis orangutan ini memang berbeda dan juga jika ditinjau dari segi genetiknya, namun saat itu para peneliti masih belum yakin betul bahwa orangutan Tapanuli ini berbeda jenisnya dengan orangutan Sumatera.

Pada tahun 2013 titik terang muncul ketika para peneliti berhasil mendapatkan tengkorak orangutan Tapanuli yang terbunuh akibat konflik  orangutan dengan manusia di wilayah tersebut.

Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa tengkorak  orangutan Tapanuli ini berbeda struktur tengkorak  dan giginya.

Tengkorak dan struktur gigi orangutan Tapanuli berbeda dengan orangutan Suamtera. Photo: Nater dkk
Tengkorak dan struktur gigi orangutan Tapanuli berbeda dengan orangutan Suamtera. Photo: Nater dkk
Selanjutnya berdasarkan analisa DNA ditemukan bahwa orangutan Tapanuli dan orangutan Kalimantan diperkirakan  3 juta tahun yang lalu memiliki tetua  yang sama, namun setelah itu proses evolusinya terpisah.

Orangutan Sumatera dan orangutan Kalimantan sekitar 700 ribu tahun yang lalu memiliki tetua yang sama.  Temuan ini mengidikasikan bahwa kekerabatan orangutan Sumatera dengan orangutan Kalimantan lebih dekat jika dibandingkan dengan orangutan Tapanuli.

Perbedaan tingkah laku, struktur tengkorak dan DNA ketiga jenis orangutan yang ada di Indonesia ini menunjukkan bahwa orangutan Tapanuli yang hidup di Batang Toru ini merupakan jenis orangutan yang berbeda.

Berdasarkan temuan ini diperkirakan bahwa orangutan Tapanuli ini merupakan keturunan langsung orangutan yang bermigrasi dari benua Asia. Diperkirakan sekitar 10 ribu sampai dengan 200 ribu tahun yang lalu masih terdapat hubungan antara orangutan Tapanuli ini dengan orangutan di wilayah utara, namun setelah itu orangutan Tapanuli terisolasi dan menjadikannya sebagai jenis orangutan yang sangat spesifik.

Masa depan orangutan Tapanuli

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, jumlah orangutan Tapanuli saat ini hanya mencapai  800 ekor dan jumlahnya diperkirakan akan terus menurun akibat perburuan liar dan rencana pembangunan waduk pembangkit tenaga listrik di wilayah tersebut yang akan menghilangkan sebagian besar habitatnya.

Disamping itu laju angka kematian orangutan Tapanuli yang diperkirakan mencapai 1% per tahun saja dalam jangka panjang akan menjadikan jenis baru rangutan ini menjadi hewan langka yang terancam punah. Jika perburuan liar mengakibatkan kematian 8 ekor orangutan Tapanuli ini setiap tahunnya, maka ancaman kepunahan orangutan Tapanuli akan semakin nyata.

Indonesia yang tekenal sebagai negara megadiversitas tentunya perlu memikirkan lebih serius terkait masa depan orangutan Tapanuli ini, mengingat jenis orangutan ini merupakan bagian yang sangat penting dari proses evolusi kera besar dunia yang keberadaannya sangat vital bagi perkembangan ilmu biologi dunia.

Sumber: satu, dua,  tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun