Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Perbudakan Era Modern yang Semakin Memprihatinkan

1 Juni 2016   08:39 Diperbarui: 27 Januari 2022   07:24 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja anak di India. Sumber: haridevote.com

Angka yang baru saja dikeluarkan oleh Global Slavery Index terkait dengan perbudakan memang sangat mengkhawatirkan. Angka perbudakan dalam berbagai bentuk seperti pekerja seks, pekerja paksa, perdagangan anak, meningkat tajam jika dibandingkan dengan data tahun 2014 yang mencapai 35.8 juta namun meningkat menjadi 45,8 juta pada tahun 2016. Kejadian perbudakan yang paling banyak terjadi di wilayah Asia dan pasifik, yaitu mencapai 2/3 dari jumlah total perbudakan.

India tercatat sebagai negara yang paling banyak kasus perbudakan jika dibandingkan dengan 167 negara lainnya yang ditemukan praktek perbudakan anak. Di India angka perbudakan anak mencapai 18,4 juta anak dari total populasi India yang mencapai 1,4 milyar. Namun jika ditinjau dari konsentrasi perbudakan anak, maka Korea Utara menempati peringkat pertama yang mencapai 4,4% dari total penduduknya sebanyak 25 juta orang.

Peta perbudakan modern dunia. Sumber: img.astroawani.com
Peta perbudakan modern dunia. Sumber: img.astroawani.com
Sementara itu data yang dikeluarkan oleh The United Nation's International Labor Organization (ILO) menunjukkan bahwa di seluruh dunia mencapai 21 juta orang yang terkait dengan korban pekerja paksa dengan upah rendah yang belum masuk ke dalam angka perbudakan total dunia.

Data empiris memang menunjukkan bahwa 58% dari perbudakan modern terkonsentrasi di negara India, Pakistan, China, Bangladesh dan Uzbekistan. Namun jika dibandingkan dengan proporsi penduduknya, maka Korea Utara, Uzbekistan dan Kambodia merupakan negara yang konsentrasi eksplotasi pekerjanya yang paling besar.

Berdasarkan laporan tersebut negara yang paling sedikit melakukan tindakan untuk mengatasi perbudakan ini adalah Korea Utara, Iran, Eritrea, Hong Kong dan Equatorial Guinea.

Di lain pihak negara negara yang paling banyak mengambil langkah untuk mengurangi tingkat perbudakan modern ini adalah Belanda, Amerika, Inggris, Swedia dan Australia.

Bagaimana dengan Indonesia?

Berikut adalah data yang dikeluarkan oleh Global Slavery index terkait Indonesia :

  • Estimasi jumlah pekerja yang masuk kategori perbudakan modern 736,100 orang 
  • Persentase terhadap jumlah penduduk 0.29%
  • Yang masuk kategori rawan 42.22/100 
  • Upaya pemerintah : Kategori B 
  • Total populasi keseluruhan 257,564,000 orang
  • GDP $10,517

Solusinya yang tidak mudah

Dengan melihat peta perbudakan era modern yang terkonsentrasi di wilayah Asia Pasifik mau tidak mau kita akan mengkaitkannya dengan kemiskinan dan tidak tersedianya cukup lapangan perkerjaan. Di samping itu kebanyakan praktek perbudakan ini terkait dengan perkerjaan yang kasar yang tidak memerlukan keahlian.

Masalah perbudakan ini termasuk di dalamnya perbudakan anak di negara-negara berkembang bukanlah masalah yang mudah untuk dipecahkan karena menyangkut manajemen dan kemauan suatu negara yang kuat  untuk memecahkan masalah ini.  Disamping itu tingkat kemiskinan yang tinggi di suatu negara turut berkontribusi pada tingginya angka perbudakan di negara tersebut.

Pabrik garmen di Bangladesh. Photo: sacredimperfections.files.wordpress.com
Pabrik garmen di Bangladesh. Photo: sacredimperfections.files.wordpress.com
Praktek berbudakan dan ekploitasi ini menyangkut rantai perkerjaan yang terkait dengan produksi garmen, makanan dan teknologi dimana 2/3 buruh yang bekerja di sektor ini dapat dikategorikan sebagai  perbudakan karena menyangkut upah yang sangat rendah dan jam kerja yang melebihi batas.

Bagi negara berkembang praktek perbudakan modern dan eksploitasi anak ini memang tidak mudah untuk diatasi. Di satu pihak para pekerja memang tidak ada pilihan lain selain menerima perkerjaan tersebut karena tingkat pendidikan yang rendah dan kemampuan ekonomi keluarga yang juga rendah.

Banyak anak anak di bawah umur yang terjebak dalam perbudakan ini seperti misalnya perbudakan seks, dan perkerjaan kasar tidak lepas dari sindikat perdagangan anak yang sulit untuk dilacak dan dipecahkan.

Perbudakan di era modern ini pada akhirnya tidak saja menjadi tanggung jawab bagi negara yang bersangkutan untuk memperbaiki situasi perekonomian negaranya dan penegakan hukum untuk melindungi hak pekerja, namun bagi negara lain untuk tidak menerima pekerja illegal yang rentan terhadap praktek perbudakan era modern ini.

Sumber : satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun