Mohon tunggu...
Royan Juliazka Chandrajaya
Royan Juliazka Chandrajaya Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pekerja lepas yang sedang berusaha memahami makna hidup.

Saya suka hal-hal yang berbau fiksi. Jika diberi kesempatan, saya akan terus menulisnya. Instagram : @royanjuliazkach Twitter : @royanazka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kritik Sastra Marxis terhadap Kapitalisme

2 Agustus 2022   11:30 Diperbarui: 2 Agustus 2022   11:31 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegilaan hasrat pertumbuhan ekonomi pula lah yang menjadi virus yang meracuni banyak hal dalam kebudayaan kita. Agama dan pendidikan menjadi komoditas yang eksklusif, kesenian menjadi banalitas yang disorientatif dan politik menjadi permainan citra dan bisnis. Diskursus-diskursus keilmuan yang lahir dalam zaman penuh kegilaan ini justru diwarnai oleh tendensi ekonomi yang memalukan dan harus tunduk pada orientasi pasar.

Segala katastropi hari ini seperti krisis iklim, kelaparan ekstrim, pengangguran, hilangnya keanekaragaman hayati dan lain-lain dianggap sebagai ekses dari kapitalisme yang tidak hanya mengeksploitasi manusia tetapi juga lingkungan hidup sebagai bahan bakar sirkulasi produksinya.

Bagaimana Kritik Sastra Marxis bekerja?

Secara konseptual kritik sastra marxis diartikan sebagai kritik sastra yang mendasarkan teorinya pada doktrin Manifesto Komunis (1848) karya Karl Marx dan Friedrich Engels, khususnya pada pernyataan bahwa perkembangan evolusi historis manusia dan institusi-institusinya ditentukan oleh perubahan mendasar dalam produksi ekonomi.

Perubahan itu mengakibatkan perombakan dalam struktur kelas-kelas ekonomi dan status politik. Kehidupan agama, intelektual dan kebudayaan setiap zaman termasuk itu seni dan kesusasteraan merupakan ideologi-ideologi dan suprastruktur-suprastruktur yang berkaitan secara dialektikal dan dibentuk akibat dari infrastruktur atau basis perjuangan kelas (Taum, 1997 : 50).

Filsafat Marx berujung pada aksioma bahwa sistem kapitalisme berwatak eksploitatif dan tidak akan membawa kesejahteraan bagi semua orang, melainkan hanya membawa keuntungan bagi pemilik modal. Sistem yang tamak ini akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara hukum permintaan dan penawaran yang akan membawa masyarakat pada kriris ekonomi yang massif.

Sejak Karl Marx mempublikasikan bukunya Das Kapital : Kritik der Politischen Okonomie, dunia kritik sastra senantiasa digelisahkan oleh hantu kapitalisme. Dalam magnum opusnya tersebut, Marx memandang bahwa persoalan eksploitasi dan alienasi manusia adalah dua bahan bakar utama kapitalisme.

Dalam pandangan Marx, sastra adalah salah satu produk sejarah yang dalam proses pembentukannya tidak dapat melepaskan diri dari kondisi dan corak produksi yang sedang berlangsung di masyarakat. Dengan kata lain, sastra hanya berupa cerminan dari mode produksi perekonomian suatu masyarakat dalam kebudayaan tertentu.

Sastra yang juga merupakan salah satu produk kebudayaan adalah konsekuensi cara produksi yang khas secara historis dan oleh karena itu ia bukan suatu arena yang netral karena hubungan produksi yang ada antarindividu niscaya juga harus mengekspresikan diri mereka sebagai relasi politis dan relasi legal (Baker, 2000 : 52). 

Kebudayaan bersifat politis karena ia menjadi ekspresi relasi kekuasaan. Ide ide dominan dalam masyarakat adalah ide kelas berkuasa dan pada akhirnya merupakan kekuatan intelektual yang dominan pula.

Tetapi dalam perkembangannya, salah seorang Marxis asal Italia, Antonio Gramsci melakukan pembaruan dari pandangan Marx tersebut. Ia mengatakan bahwa jika sastra hanya sekedar refleksi dari suatu bentuk kekuasaan yang bekerja, maka adalah sebuah kesia-siaan belaka melakukan kritik terhadap hal tersebut. Kita hanya akan terjebak ke dalam perangkap produk sastra bentukan kekuasaan cum kapitalisme yang bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun