Mohon tunggu...
Rovina Alisa Sasa
Rovina Alisa Sasa Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Care Assistant

Perempuan sipenikmat hujan dan malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serana Cinta

9 Desember 2022   16:01 Diperbarui: 9 Desember 2022   16:29 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan turun sore ini membasahi kota Jakarta, kutatap langit yang gelap itu dari jendela kamarku. Rintik demi rintik air hujan itu terus mengalir membasahi atap rumah. Ku beranikan diri untuk mengirim pasan singkat kepada mu. "Hai Gus, apa kabarmu? Aku disini merindukanmu. Aku rindu tutur katamu yang lembut, canda tawamu, dan tingkahmu yang membuat perutku tergelitik setiap malam lewat via telepon", Disini aku sendiri tanpa dirimu. kudengar lagu yang terus terngiang-ngiang dikepala, yaitu Lagu dari Budi Doremi -- Mesin Waktu. Lagu yang biasa aku dengarkan setelah bertemu denganmu, dan sekarang aku mendengarkannya sendiri, tanpa dirimu.

Aku mungkin adalah salah satu perempuan dari sekian banyak perempuan yang mengenal mu lebih dulu. Benarkan?  Tapi tak apa, dan mengapa aku merasa seperti sudah lebih lama mengenal dirimu? Di dalam pertemuan dan diskusi pada malam itu ketidakmungkinan adalah segelincir waktu tanpa sebuah rencana yang disusun jelas dari sang Pecipta. Mengapa kita harus bertemu di waktu sesingkat itu, Gus ?

         Awalnya mungkin memang tidak ada perasaan yang muncul pada mu setelah percakapan malam itu. Aku mengerti betul dari semua yang kau ceritakan, bahwa kau sendiri sedang berdamai dengan masalalu dan kau pun sendiri bingung dengan perasaan mu sendiri, atau mungkin juga, memang Allah menciptakan diri mu  sebagai sosok penyair dan mengarang di sebuah tulisan, yang membuat banyak manusia yang membaca tulisan mu akan mengagumi sosok mu itu. Dan iya, aku lah salah satunya dari banyaknya mereka .

Dalam diam aku mengagumi dirimu. Dalam diam juga rasa kagum itu tumbuh menjadi cinta. Cinta yang sederhana. Sesederhana hatiku memilih kamu, Gus. Sesederhana aku menyimpan rasa ini sendirian. Rasa yang ntah akan hilang atau tidak pernah hilang. Datang dan pergi sesuka hati. Yang dapat mendatangkan rindu. Mencintaimu dalam diam. Bagaikan pungguk merindukan rembulan.

         Mungkin itulah arti cinta, seberapa pahit yang ku rasakan semenjak itu. Setiap kali aku jatuh ke dalam keadaan seperti itu, yang terbaik adalah diingat bahwa cinta sejati adalah cinta yang tidak meminta imbalan apa pun. Cinta sejati memungkinkanmu untuk bahagia dan puas dengan apa yang dapat aku berikan meskipun ada keterbatasan, dan tidak menuntut hal lain.

         Aku ingat betul pasan singkat yang kau katakan, pada malam itu :

" pernah dengerin dialog senja?" katamu

"lihat di youtube, dialog senja -- Lara judulnya ". Kata mu juga di dalam tulisan pesan singkat yang kau kirim kepada ku.

 Sesak juga rasanya mendengar lirik dan melihat videoclip yang ada di dalam lagu itu. Ntah ini apa? Mungkin ini yang sedang kau rasakan atau mungkin ini sebuah gambaran. Aku pernah juga membaca salah satu Web mu dengan cerpen berjudul "Dongeng untuk Kekasih". Mungkin itu juga sebuah gambaran kecintaan mu pada perempuan itu. Dan berapa banyak kalimat yang tertulis yang mengandung bawang merah, hehe..

Tak habis pikir kau mencintai perempuan dengan sangat, tidak bisa lagi ku jelaskan atau  gambarkan sebesar apa. Ku hanya mengira perjuangan dan kasih sayang seorang lelaki hanya ada disebuah FTV atau drama acara TV saja. Ternyata itu juga ada di dunia nyata dan aku turut terhanyut merasakan nya itu langsung, dan itu dirimu. Gus .

Maaf jika diriku ini terlalu lancang untuk mengetahui seglincir cerita hidup mu lewat tulisan yang kau buat. Aku mengira mungkin aku adalah kau, sekarang. Berputar posisi dengan keadaan mu yang mati rasa sekarang, aku berusaha lagi untuk membangun kepercayaanmu, lagi. Memang harus bersusah payah karna manusia yang mempunyai trauma itu sangat sulit untuk mempercayai hal baru lagi, apalagi soal cinta.

Dan izinkan aku tetap mencintamu dalam diam mengapa aku lebih memilih diam ?

Aku memilih mencintaimu dalam diam.
Karena dalam diam tak akan ada penolakan.

Aku memilih mencintaimu dalam kesepian.
Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikimu,
kecuali aku.

Aku memilih memujamu dari kejauhan.
Karena kejauhan melindungiku dari rasa sakit.

Aku memilih menciummu dalam angin.
Bukankah bibirku juga akan merasakan kelembutan dari angin?

Aku memilih memilikimu dalam mimpi.
Karena dalam mimpiku, kamu tidak akan pernah mati.

Itu yang di sampaikan sebuah sajak Jalaludin Rumi pada tulisan nya.

Setiap aku melihat hujan, aku selalu membayangkan bercakapnya kita berdua di malam itu. Andai aku bisa memutar waktu, mungkin aku akan melarangmu untuk pergi pada malam itu. Tapi, apa boleh buat? Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tetapi aku akan tetap disini dengan bayanganmu. Sampai berjumpa di waktu yang tepat menurut Takdir. Gus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun