Mohon tunggu...
Rovie darojah
Rovie darojah Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mahasiswa uin sultan maulana hasanuddin banten

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting) terhadap Anak

21 Januari 2021   17:29 Diperbarui: 21 Januari 2021   17:36 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui individu sejak mereka lahir ke dunia. Lingkungan keluarga pertama yaitu ayah, ibu, dan individu itu sendiri. Hubungan antar individu itu dengan kedua orang tuanya merupakan hubungan timbal balik, dimana terdapat didalamnya.

Diana Baumrind (1967, dalam sa FTVntrock, 2009) membagi pola asuh ke dalam 3 bentuk yaitu:

*pola asuh otoriter (authoritarian parenting)

*pola asuh demokratis/ otoritatif (authotitative parenting)

*pola asuh primisif (permissive parenting)

Disini saya akan membahas pola asuh otoriter yang menurut saya sangat berdampak pada psikologis anak, orangtua dengan tipe pola asuh ini biasanya cenderung membatasi dan menghukum. Mereka secara otoriter mendesak anak untuk mengikuti perintah dan menghormati mereka. 

Orangtua dengan pola ini sangat ketat dalam memberikan Batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak, serta komunikasi verbal yang terjadi juga lebih satu arah. 

Orang tua tipe otoriter umumnya menilai anak sebagai obyek yang harus dibentuk oleh orangtua yang merasa "lebih tahu" mana yang terbaik bagi anak-anaknya padahal yang menurut mereka terbaik belum tentu memang yang terbaik untuk anaknya, Anak yang diasuh dengan pola otoriter sering kali terlihat kurang bahagia, ketakutan dalam melakukan sesuatu karena takut salah, minder, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.

Mereka juga akan mengalami tekanan dan depresi yang berkepanjangan, mereka akan selalu berpikir bahwa hidup mereka seperti berada di penjara atau mereka akan berpikir bahwa mereka hidup layaknya boneka, di satu sisi anak-anak adalah makhluk sosial mereka butuh bersosialisasi dengan orang lain, untuk mengetahui dimana letak bakatnya, dimana letak kemampuan yang mungkin selama ini terpendam karena orang tuanya, seharusnya sebagai orang tua mereka harus memahami bagaimana jika mereka berada dalam posisi sang anak, bukankah mereka pernah berasa di usia itu, bukan hanya anak-anak bahkan untuk kalangan remaja pun masih banyak orang tua yang sangan overprotektif terhadap anaknya, tanpa mereka sadari pola asuh mereka lah yang membuat sang anak tak punya prestasi, tak pnya bakat, mereka yang menggagalkan masa depan sang anak, beberapa anak memang dapat bertahan bahkan bisa sampai sukses tapi beberapa anak lagi mungkin mereka akan gagal karena tekanan batin yang selalu mereka terima, baiknya sebagai orang tua memberikan larangan sewajarnya sesuai dengan batas usianya karena anak mempunyai masa berkembangnya sesuai usia, ini perlu sangat diperhatikan untuk orang tua.

Contoh orangtua dengan tipe pola asuh ini, mereka melarang anak laki-laki bermain dengan anak perempuan, tanpa memberikan penjelasan ataupun alasannya. Terimakasih semoga artikel ini dapat membantu, untuk menjadi orang tua yang lebih bijak dalam pola asuh terhadap anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun