Mohon tunggu...
Suri Aini Iswarani
Suri Aini Iswarani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan yang sedang belajar menulis. Pencatat drama hidup, dan bereksperimen lewat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kenapa Menyimak Penting untuk Bicara, dan Membaca Perlu untuk Menulis?

6 Oktober 2025   13:45 Diperbarui: 6 Oktober 2025   13:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebaliknya, orang yang kurang terbiasa menyimak cenderung berbicara dengan kosa kata terbatas, tidak runtut, atau bahkan keluar dari konteks yang dibicarakan.

2. Membaca dan Menulis (Dua Komunikasi Berbahasa dalam Tulisan)

Seperti halnya pasangan menyimak dan berbicara, hubungan pasangan membaca dan menulis juga sangat erat. Membaca adalah input dan output-nya adalah menulis. Melalui membaca, seseorang dapat memperoleh pengetahuan, kosa kata dan gaya bahasa yang nantinya akan menjadi bekal untuk menulis.

Tarigan (2015) menyebutkan bahwa membaca termasuk keterampilan reseptif karena pembaca akan menerima dan memahami pesan yang dituliskan oleh orang lain. Seperti hlanya menyimak, membaca bukan hanya sekedar membaca per huruf, per kata, per kalimat dan per paragraph, melainkan harus bisa memahami dan menangkap apa maksud, serta pesan yang ditulis dalam sebuah teks.

Sementara itu menulis merupakan keterampilan produktif. Karena saat menulis, kita menuangkan ide, pikiran dan perasaan dalam bentuk bahasa tulis. Grabe dan Kaplan (1996) menyatakan bahwa membaca memberikan linguistic input dan discourse awareness yang membantu seseorang membangun teks tulis dengan struktur yang baik. Dan penelitian Tierney dan Shahanan (1991) juga menunjukkan bahwa hubungan antara membaca dan menulis bersifat reciprocal (saling mempengaruhi), sehingga peningkatan pada salah satu keterampilan akan turut memperkuat keterampilan yang lain.

"Writers don't write writing, they write reading." Begitulah kata penulis Avi (brainyquote.com). Maksudnya, tulisan kita dibentuk dari membaca; membaca adalah bahan bakar kreativitas, bukan Cuma tangan yang latihan menulis. Seperti, jika menulis adalah kendaraan, maka membaca adalah bahan bakarnya.

Sebagai contoh, penulis yang gemar membaca berbagai jenis bacaan seperti, novel, artikel atau jurnal, akan memiliki banyak referensi gaya bahasa, ide, dan struktur penulisan. Akibatnya, kualitas menulisnya lebih baik, tulisannya lebih kaya kosa kata, argumentasinya kuat, dan susunannya jelas. Sebaliknya, seseorang yang jarang membaca cenderung menulis dengan kalimat sederhana, miskin variasi, dan terkadang sulit untuk dipahami.

Dengan demikian, kualitas keterampilan menulis seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan kualitas membacanya.

3. Hubungan Silang Keempat Keterampilan Berbahasa

Meskipun saya menggolongkan keterampilan ini dalam dua pasangan (menyimak-berbicara, membaca-menulis), pada dasarnya keempatnya saling mempengaruhi satu sama lain. Karena menyimak dan membaca berfungsi sebagai kemampuan reseptif atau input penerimaan bahasa. Sementara berbicara dan menulis merupakan kemampuan produktif atau output pengungkapan bahasa. Tanpa adanya input yang memadai, kualitas output akan terbatas.

Singkatnya, seseorang yang terbiasa menyimak dan membaca akan memiliki kosa kata dan pemahaman bahasa yang bagus. Bekal tersebut secara langsung meningkatkan kemampuan berbicara maupun menulisnya. Demikian pula sebaiknya, pengalaman berbicara dan menulis akan melatih kepekaan bahasa, sehingga dapat memperkuat kemampuan menyimak dan membaca pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun