Tidak tampak ada orang yang membantu disana. Pastor Joe menanyakan ,kami mau minum kopi atau teh? Karena tidak ingin menyibukannya,maka kami hanya minta teh saja.Ia sendiri yang memasak air panas dan kemudian membuat teh untuk kami berdua. Ada 4 potong kue disana,tapi kami semua berjumlah 5 orang.Maka Pastor Joe,tidak kebagian kue.Kami sempat ngobrol beberapa saat,tapi mengingat baik Pastor Joe,maupun Pastor Antoni,masih harus mempersiapkan Misa ke 3 ,maka kami pamitan.Diantarkan oleh Pastor Joe hingga keluar pagar rumahnya.
Tanggal 24 Nopember 2018, digereja Whitford diadakan acara Tour taman gereja yang dihadiri pastor Joe dalam acara bermain musik dimana pastor Joe memainkan biola .Tampak  umat sangat antusias dan  ramai hadir, untuk bisa bertemu dengan pastor Joe yang sangat disenangi umatÂ
Kami ikut hadir dalam acara tour taman yang diadakan sore Sabtu tgl 24 Nopember 2018 . Sudah banyak yang hadir ketika kami menggabungkan diri dan kelihatan pastor Joe yang datang dari Armadele meramaikan acara dengan gesekan biolanya.Satu persatu umat menyalami Pastor Joe. Ketika bulan lalu,kami berkunjung ke Gereja di Unanderra,New South Wales,ternyata Pastornya juga menunggu umatnya sehabis Misa dan menyalami satu persatu.Â
Jadi bukan khusus Pastor Joe saja yang melakukannya,tampaknya sudah menjadi tradisi bagi para Pastor di Australia,untuk menyalami umatnya satu persatu,sebelum mereka meninggalkan laman gereja ,untuk kembali kerumah masing masing
Beberapa hal kecil yang ditulis diatas,memberikan gambaran yang berbeda,dimana para Pastor menempatkan diri,sebagai pelayan umat Mungkin karena beda negeri,maka beda pula tradisinya.namun tidak ada salahnya,bilamana ada hal yang baik ,dapat juga diterapkan di negeri kita .Â
Mudah mudahan ,kelak di Indonesia, tradisi sederhana dan tampak sepele ini,dapat juga dipraktikkan. Karena sebuah jabat tangan yang tulus dari seorang Pastor,sesungguhnya,jauh lebih bermakna dari khotbah diatas mimbar.
Salam saya,
Roselina