Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat .

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahun Ajaran Baru 2025/2026, Antara Tantangan dan Peluang

17 Juli 2025   15:51 Diperbarui: 17 Juli 2025   15:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:https://www.datadikdasmen.com/

Memasuki Tahun Ajaran Baru 2025/2026, dunia pendidikan Indonesia kembali bersiap membuka gerbangnya. Di antara semangat baru dan antusiasme peserta didik, terselip harapan akan perubahan yang lebih fundamental: bahwa proses belajar tidak lagi sekadar menyampaikan materi, melainkan menumbuhkan pemahaman yang bermakna dan mendalam.

Transformasi pendidikan Indonesia melalui Kurikulum Merdeka membawa angin segar. Kini, pembelajaran diarahkan pada deep learning (pembelajaran mendalam)-sebuah pendekatan yang menuntut keterlibatan penuh peserta didik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik, bukan sekadar menghafal, mengisi soal, lalu melupakan.

Pembelajaran Mendalam (Deep Learning): Dari Sekadar Mengerti ke Mampu Mengaplikasi

Dalam semangat pembelajaran mendalam, peserta didik tidak hanya diharapkan tahu apa, tetapi juga paham mengapa dan mampu melakukan bagaimana. Inilah pergeseran penting dari pembelajaran permukaan (surface learning) menuju pembelajaran yang substansial. 

Tahun ajaran ini menjadi momentum penting untuk mengukuhkan pendekatan tersebut. Guru tidak lagi cukup berperan sebagai pusat pengetahuan, melainkan fasilitator yang menciptakan ruang eksplorasi dan refleksi, membimbing siswa memahami konsep secara menyeluruh dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata.

Tantangan Kesiapan: Guru dan Ekosistem Pembelajaran

Namun, untuk mewujudkan pembelajaran mendalam, tantangan masih membentang. Tidak semua guru siap bertransformasi. Masih ada yang terpaku pada pola lama: ceramah, latihan soal, ulangan harian. Maka, pembinaan profesional yang berkelanjutan, komunitas belajar guru, serta budaya refleksi menjadi kebutuhan mutlak. Pemerintah dan dinas pendidikan harus serius membangun ekosistem pendukung ini-dari pelatihan, supervisi, hingga penguatan literasi teknologi.

Sementara itu, sekolah sebagai institusi pendidikan harus memberi ruang bagi desain pembelajaran yang berpusat pada murid: dengan alokasi waktu yang fleksibel, penilaian yang otentik, dan atmosfer belajar yang menyenangkan.

Keluarga dan Sekolah: Kolaborasi untuk Pendalaman Makna

Dalam pembelajaran mendalam, peran orang tua juga semakin penting. Proses belajar tak lagi berhenti di sekolah. Diskusi di rumah, keterlibatan dalam proyek, serta dukungan emosional menjadi bagian integral dalam mengokohkan pemahaman murid. Sinergi antara rumah dan sekolah akan mempercepat terwujudnya generasi pembelajar sepanjang hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun