"Mortir jatuh di tempat S.O.S dikirim, Jenderal."
"Bagus. Guruh dan tim sudah mencapai kota. Kirim tembakan mortir secara berkala ke arah kota."
"Baik Jenderal."
Lelaki bersorban, sang Jenderal orang goa, telah membawa dua pertiga pasukannya ke hutan bakau. Sepertiga pasukan lagi telah menyeberangi muara dan bersembunyi dalam rindang hutan sagu yang membentang sepanjang muara menuju kota Boas.
Itulah alasan mengapa tidak ada respons orang-orang goa terhadap serangan pasukan kota pagi ini. Semua lobang pertahanan telah diisi dengan ranjau dan dinamit. Sementara para penembak S.O ditempatkan pada titik tinjau terbaik sepanjang muara.
Ketika helikopter pasukan kota terbang lebih rendah di atas muara, empat buah roket ditembakan pasukan goa. Para penembak S.O yang ditempatkan pada dua tepian muara telah menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan mesin perusak itu.
Booooooommmm!!!
Booooooommmmm!!
Roket berhasil menghantam dua buah helikopter yang terbang rendah. Ledakan dahsyat terjadi. Alat perang raksasa itu jatuh berkeping di dalam sungai. Sementara dua heli tersisa memberi reaksi balasan. Mereka menyerang para penembak S.O yang berada di hutan sagu.
Dua serigala pemburu yang masih tersisa juga menerjang masuk ke arah hutan bakau, mengejar para prajurit goa. Beberapa prajurit yang bertahan di garis depan jatuh oleh hujan peluru yang ditembakan. Beberapa lain mati terinjak kaki robot serigala ini.
"Beri tembakan balasan!" sang Jenderal memberi perintah kepada penembak S.O.
"Jaraknya terlalu dekat, Jenderal. Pasukan akan terkena ledakan roket." Penembak S.O mengkonfirmasi situasi.
"Kami akan menghadapinya, Jenderal."