Mohon tunggu...
Rooy John
Rooy John Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma Orang Biasa

God gave me a pair of wings Love and Knowledge With both, I would fly back home to Him

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Muara (37)

13 Mei 2022   12:37 Diperbarui: 13 Mei 2022   13:02 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanya. Selidik. Bertian kini kah laki-laki? Menunduk. Merintih. Berkacak namun mengaduh. Muka pucat pasi pun sakit mencekik.

Petang datang laksana permaisuri menjemput surya dalam dekorasi langit jingga. Mengenakan jubah kebesaran pada penguasa siang dan mengunggutnya ke bagian tengah istana. Memanggil pulang Kutilang ke sarangnya. Memberi pentas pada Nokturnal pendendang malam. Memandu jalan bagi bintang-bintang. 

Bu Sri menutup buku hariannya ketika suara sepeda motor terdengar memasuki halaman. Guru Bisma pulang dari tempatnya bekerja. Seperti biasa. Bu Sri keluar dan menyambut sang suami.

"Gimana kabarnya, Bu?"Sapa Guru Bisma saat membuka helmnya.

"Baik, Pak." Jawab Bu Sri sambil tersenyum.

"Maaf. Tadi aku berangkat tidak membangunkan Ibu. Ibu tampak pulas sekali tidurnya."

"Aku yang minta maaf, Pak. Tidak menyiapkan sarapan untuk Bapak."

Guru Bisma masuk dan meletakan semua peralatan mengajar, jaket dan helm di tempatnya. Ia kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.

Dulu anak-anaknya selalu menertawakan Guru Bisma karena ritus anehnya. Pulang dari sekolah langsung mandi. Seperti anak-anak desa yang menceburkan diri di sungai sehabis main di sawah. Itu canda anak-anaknya.

Tetapi sekarang berbeda. Semua anaknya mengikuti gaya Guru Bisma. Ternyata pola hidup Bapak yang benar. Itu kata Menik suatu hari.

Membersihkan diri pada kesempatan pertama sepulang kerja atau beraktivitas di luar rumah adalah tindakan terbaik melindungi diri dan keluarga di masa sulit seperti ini.

Bu Sri mengunci pintu rumah dan berjalan menuju kursi makan, sambil menunggu suaminya membersihkan diri. Ia membuka lagi catatan hariannya dan mengingat apa yang sudah ditulisnya di sana.

Guru Bisma keluar dari kamar mandi sambil memegang ember detergen berisi baju kerja bekas pakainya. Ia lalu berjalan kea rah pintu dapur dan meletakan ember itu di dekat mesin cuci.

Pakaian bersih yang sudah disiapkan Bu Sri di kamar mandi sudah dikenakannya. Harum dan segar. Ia berjalan sambil tersenyum mendekati istrinya.

"Kepala sekolah sudah memberi solusi." Guru Bisma menarik kursinya.

"Bagaimana saran beliau?" Bu Sri menyiapkan secangkir teh hangat untuk suaminya.

"Beliau menyarankan agar mempertimbangkan niat pensiun. Mutasi lebih baik. Mutasi guru saat ini mudah. Bisa dilakukan cepat melalui Dapodik. Hanya saja, kita butuh persetujuan pindah dari instansi asal."

"Jadi Bapak memilih mutasi?"

"Pertama, aku harus mendampingi anak-anak yang sebentar lagi ujian akhir. Kedua, aku sepertinya belum siap untuk pensiun."

"Alasannya terbalik, Pak. Yang kedua itu mestinya yang pertama." Bu Sri tertawa.

"Sepertinya demikian." Guru Bisma tersenyum.

"Kita bicara lagi dengan Menik. Ia dan suaminya ingin Bapak yang menjalankan usaha mereka di Selomerto. Termasuk mengawasi pekerjaan instalasi dan sebagainya."

Guru Bisma mengambil cangkir teh di depannya. Diteguk isinya. Kemudian meletakannya perlahan pada piring tatakan.

"Jadi memang harus pensiun ya?" Guru Bisma menatap Bu Sri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun