Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

BUMN, Bonus dan Tantiem: Antara Tata Kelola Profesional dan Politik Balas Jasa.

17 Agustus 2025   18:07 Diperbarui: 17 Agustus 2025   18:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masalah Kronis Rekrutmen di BUMN Indonesia

Pada era Jokowi, publik dikejutkan dengan fenomena "BUMN jadi tempat parkir relawan". Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sejumlah akademisi seperti Prof. Emil Salim sudah mengingatkan bahwa praktik ini menciptakan moral hazard.

Contoh nyata:
*Penunjukan komisaris dari kalangan artis, politisi non-profesional, hingga relawan politik tanpa rekam jejak bisnis yang relevan.
*Komisaris rangkap jabatan, bahkan ada yang merangkap sebagai pejabat aktif di pemerintahan, menimbulkan konflik kepentingan serius.

Awal pemerintahan Prabowo pun tampak mengulang pola serupa. Pemilihan pengurus Danantara misalnya, masih diisi figur yang punya kedekatan politik dan latar belakang birokrasi, bahkan beberapa memiliki perusahaan pribadi yang berpotensi bentrok dengan kepentingan BUMN.

Akibatnya, BUMN rawan dijadikan kendaraan politik, bukan entitas bisnis profesional.

Menghapus Bonus dan Tantiem: Solusi atau Reaksi?

Langkah Presiden Prabowo untuk menghapus bonus dan tantiem pada dasarnya muncul dari kekecewaan terhadap tata kelola BUMN yang penuh KKN. Namun pertanyaannya: apakah ini solusi tepat, atau sekadar reaksi emosional?
1.Dari Perspektif Tata Kelola Internasional:
*Menghapus bonus/tantiem bukanlah praktik umum. Justru yang dibutuhkan adalah performance-based compensation dengan indikator jelas.
*Tanpa insentif, talenta profesional akan enggan bergabung. Akhirnya, posisi strategis akan terus diisi oleh orang dekat politik karena biaya masuk rendah.
2.Dari Perspektif Praktik di Indonesia:
*Karena banyak jabatan diisi oleh relawan atau politisi tanpa kinerja nyata, publik melihat bonus/tantiem sebagai pemborosan.
*Dalam konteks ini, wacana penghapusan menjadi masuk akal. Namun problem utamanya bukan pada skema kompensasi, melainkan proses rekrutmen dan tata kelola.

Lebih Jauh: Isu Pemangkasan Hak Pegawai BUMN

Belakangan muncul isu bahwa bukan hanya bonus direksi yang akan dihapus, tetapi juga:

*Struktur gaji di bawah direksi,

-Bonus pada kevel manajemen dan karyawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun