Mohon tunggu...
Ronaldus Tarsan,S.Pd.
Ronaldus Tarsan,S.Pd. Mohon Tunggu... Wartawan -

The writer Ronaldus Tarsan,S.Pd was born on April, 15th 1991, Ngendeng, East Manggarai. He is the second child of Yohanes Ardi and Rofina Mila. He has four brothers. He entered in elementary school at SDI Wae Ruek in 1998 and finished in 2004, in the same year he continued his study at SMP St. Ludovikus Manggas in East Manggarai and finished 2007. After that, he continued his study at SMA Taman Siswa Makassar In 2007 and finished in 2010. In the same year he registered his name in school of Education of Ujung Pandang Foundation (YPUP) and he chose English Departement, he finished his study in August 2015. Organisation : Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Marianus Sae Tersandung, Emi Nomleni Gubernur NTT

13 Februari 2018   23:33 Diperbarui: 13 Februari 2018   23:35 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emi Nomleni Calon Wakil Gubernur NTT

Melalui jaringan whatsapp, facebook, messenger, telepon seluler maupun sms, saya diberondong seabrek pertanyaan. Pun, ada yang cuma mau curhat karena jadi korban bully, setelah MS berbaju orange, ditahan KPK. 

Ada yang sampe tak mau buka lagi media sosial dan televisinya. Saya tanya kenapa? "Biar tidak tambah pusing." Begitu jawaban yang saya terima. Saya katakan, bahwa yang ditahan itu kan MS. Bukan bersama Emilia Julia Nomleni, calon wakil gubernurnya.

Memang ini sialnya MS. Maju jadi calon gubernur pada saat masih menjabat bupati definitif. Sumbangan dana politik yang diterima dari berbagai pihak bisa disangkakan sebagai gratifikasi karena jabatan publik yang masih disandangnya. Bisa dikait-kaitkan dengan banyak hal, termasuk proyek seperti dituduhkan KPK sekarang. 

Mereka bilang, "Itu tangkap tangan." Ya, itu OTT. Saya katakan, itu kan strategi untuk memastikan alasan penangkapan dan penahanan. Membenarkan tindakan justitia yang dilakukan. Sekalipun debatable, toh faktanya MS sudah ditetapkan jadi tersangka dan dittahan selama 20 hari kedepan. Dengan begitu, aksi sang croser tak lagi bikin puyeng para rival politik dan timses mereka.

Tanpa mau bertele-tela dengan masa depan MS dalam menghadapi kasusnya, saya bilang ke kawan2 agar kita tetap fokus. Bahwa kalau MS tersandung, maka ini kesempatan besar untuk menjadikan perempuan sebagai Gubernur NTT. Emi Nomleni itu seorang arsitek. Sama seperti Bung Karno. 

Dia seorang aktivis gereja dan aktivis sosial. Politisi perempuan yang dua periode jadi anggota DPRD NTT. Dia sudah kenyang dengan dinamika politik kayak begini. Kalau Emi Nomleni jadi Gubernur, maka PDIP dan PKB harus mendiskusikan siapa yang bakal mengisi posisi wakil. Tapi, itu kalau MS benar-benar bersalah dan diganjar dengan hukuman kurungan badan.

Alhasil, kawan-kawan kembali bersemangat. Eh, timses paslon lain malah mempersoalkan kenapa dukung koruptor? Lah, pengadiilan saja belum menyidangkan kasusnya, koq sudah "divonis" bersalah. Kalaupun MS bersalah, kita sudah tahu penggantinya itu Emi Nomleni, perempuan Timor yang siap pimpin NTT.

Tapi, realitas ini menunjukkan betapa MS benar-benar disegani dalam Pilkada Gubernur-Wagub kali ini. Anak Alam itu benar-benar mengakar. Gebrakannya yang baru sepenggal waktu sudah bikin dia meroket. Berbagai tuduhan kepadanya berlalu bergitu saja.

Semua itu tentu saja tak lepas dari berbagai manuver yang dilakukannya. Dukungan komunitas Lamaholot di Kupang, benar-benar bikin MS jadi sangat luar biasa. Apalagi, Frans Lebu Raya, Gubernur NTT yang juga ketua DPD PDIP NTT sendiri ikut mendukung MS EMI. Bahkan, menugaskan istrinya, Lusia Adinda Dua Nurak alias Lusia Lebu Raya langsung terjun lapangan memenangkan paket ini.

Kini, MS benar-benar tak bisa bergerak. Emi Nomleni harus bergerak sendiri. Seorang diri. Bahkan, sejak penetapan calon oleh KPUD di Hotel Aston, Kupang, dia sudah seorang diri. Penarikan nomor urut pun Emi Nomleni sendirian. Matanya berkaca-kaca, air mata membasahi pipi. Kak Emi pasti terharu. Ya, terharu dengan perjuangan panjangnya bersama MS, sejak mencari pintu masuk. 

Apalagi, para elit partai seolah kecewa berat dengan kasus yang menimpa MS. Tapi, tidak dengan relawan. Relawan MS maupun relawan EMI sama-sama tegas setia mendorongnya untuk tegas melangkah. Emi bangkit dan balik menghibur. "Kita harus melangkah sampe finis. Kalaupun harus berlari, kita berlari sama-sama sampe finis."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun