Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Memburu Bubur Kacang Ijo

22 September 2021   15:28 Diperbarui: 22 September 2021   15:30 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bubur Ketan hitam (dokumen pribadi)

Saya haqqul yakin, burjo banyak digemari masyarakat segala strata. Sayangnya sejarah bubur ini belum terang; siapa pembuatnya? Pada jaman apa? Bagaimana awal terciptanya kudapan tersebut?

Hamparan literatur yang tersebar hanya mengungkapkan sedikit hal ihwal hidangan urgen para mahasiswa perantau dikala uang defisit. Dulu, para mahasiswa menyakini bahwa bubur kacang ijo ampuh sebagai penguat perut kosong. Daya kenyangnya berdurasi cukup lama. 

Makan satu mangkok bisa menggantikan sepiring nasi dengan sayur beserta lauk. Itupun dengan harga yang lebih murah. Dan-entah tahu atau tidak-burjo sangat kaya akan protein dan vitamin, bagus buat tubuh kita.

Bubur Ketan hitam (dokumen pribadi)
Bubur Ketan hitam (dokumen pribadi)

Bubur kacang ijo ada beberapa versi atau tampilan. Dijaman sekarang, umumnya disandingkan dengan ketan hitam. Khusus burjo Madura, ditambah bubur mutiara, ketan putih, potongan-potongan roti tawar seukuran dadu. 

Bubur kacang ijo juga menjadi garis sejarah hidup saya. Persentuhan dengan bubur kacang ijo berawal dari sekumpulan perantauan dari Sragen-tepatnya dusun Pilang-yang ngekost/magersari dirumah warisan mbah putri. 

Akhir 70-an, seorang dari mereka mengawali jualan burjo. Entah daya tarik apa sehingga tetangga mereka di dusun ikut tersihir mengais rejeki dengan jualan bubur kacang ijo. 

Selain menambah pundi-pundi, jualan bubur awalnya hanya mengisi waktu luang jika tanaman padi mereka baru tumbuh kembang hingga masa panen tiba. 

Cara ini banyak dilakukan para petani diberbagai pelosok desa. Tak hanya menjadi penjual bubur, ada juga yang menekuni profesi sebagai tukang becak, pekerja pabrik batik, tukang batu, buruh angkut, dan masih banyak lagi.

Para pemuda itu disediakan dua ruangan untuk tidur dengan sebidang lahan khusus meletakkan gerobak dorong. Mulai bekerja sore hari dengan memakai tampah(sebuah alat dari anyaman bambu) untuk mengayak, memilah-milah butiran kacang ijo yang dibeli dari pasar Gemblegan. 

Mencari anasir buruk/ kotoran tersembunyi diantara butiran phaseolus radiatus supaya bersih sebelum direndam.

Mereka terbiasa bangun jam dua dini hari. Mengolah berbagai bahan dengan anglo dan arang sebagai bahan bakar. Seringkali, saya terbangun oleh bau  bubur matang. Selarik hembusan jahe berbalut keharuman daun pandan menyentak hidung menyulut simpul otak. Pikiran jadi nggrambyang keenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun