Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang Merah

5 April 2020   10:56 Diperbarui: 5 April 2020   10:58 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto gratis dari PicArts

Aku mengangguk. Kuceritakan alasanku. Anak muda itu manggut-manggut, entah apa dalam pikirannya.

Obrolan kami tanpa terasa telah memakan waktu lama. Andreas pamit pulang. Sebelumnya minta nomer HP dan foto diriku,"Biar ayah tahu kalau anaknya telah menemukan sosok mantan muridnya". Aku hanya sunggingkan senyum.

Aku memaksa akan mengantarkan dirinya. Awalnya menolak. Tapi kegigihanku meluluhlantakkan daya tolaknya.

Diperjalanan menuju stasiun Balapan kami menyambung obrolan yang ringan. "Baru kali ini saya ke kota ini, pak. Sepertinya nyaman untuk ditinggali?"

Aku jelaskan pada Andreas, kenyamanan itu hakekatnya terbentuk dari hati. Aku ceritakan mengenai kota ini yang mulai ditimpa kemacetan di beberapa ruas jalan,"Memang tidak separah Jakarta, Ndre"  

Dipintu masuk stasiun anak muda itu mengucapkan rasa terimakasihnya. "Kalau sampai rumah hubungi saya. Saya ingin video call sama ayahmu"

Ia mengangguk dan berjalan memasuki pintu stasiun.

Malam-malam selanjutnya kayuhan sepedaku semakin memperpanjang jarak. Hampir setengah kota terjajah. Beberapa warung Hik aku pergoki nekat buka. Mereka melawan maklumat kapolri. "Kalau tidak jualan, pundi-pundi kami akan mengering, mas"

"Bapak tidak takut tertular? Wabah ini ganas lho, pak"

"Saya pasrah saja. Yang penting social distancing saya terapkan, diantaranya, saya anjurkan pembeli membungkus makanannya dan dibawa pulang"

"Kalau ada yang ngeyel?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun