Lebatnya hutan Donoloyo membuat kesulitan pesawat Mustang Belanda. Mereka hanya sanggup patroli saja sesekali berondongkan peluru sekenanya alias asal-asalan. Frustasi.
Melihat kondisi hutan Donoloyo sekarang, banyak menimbulkan tanya bila dihubungkan dengan kisah-kisah masa lalu. Misal, bagaimana teknik yang digunakan ketika membawa kayu gelondongan sebesar itu ketika alat transportasi masih minim? Lingkar batangnya saja butuh 5 orang dewasa untuk memeluknya dengan rentang tangan.
"Kan sudah banyak yang mengatakan lewat sungai Bengawan Solo"
Disekitar situ saya hanya melihat aliran sungai kecil saja. Itupun airnya tidak dalam, bahkan bisa dikatakan mirip selokan.
"Mungkin dipotong-potong dulu agar mudah bawanya"
Banyak yang mengamini kalau bawanya dalam bentuk log/gelondongan tanpa perlu pembuktian.
"Kondisi dulu, mungkin sungai yang dekat Donoloyo itu lebar dan dalam. Seiring dengan perubahan alam sekitar membuatnya menjadi dangkal. Bisa saja kan?"
yakin?
"Dasar manungso ngeyelan! Iso ugo dibantu baureksone alas. Ora percoyo?!" (dasar manusia keras kepala! Bisa juga dibantu "penunggu" hutan. Tidak percaya?!)
Ada juga yang bilang, masjid Demak dijaman wali dibuat juga menggunakan kayu dari hutan tersebut. Butuh waktu berapa tahun? cara mengangkutnya?
"Kalau itu sudah masuk kategori supranatural. Para wali itu diberi karomah atau kekuatan dalam melakukan hajatan yang tidak sama dengan kita-kita. Jaman dulu, orang selevel wali itu prihatinnya besar. Mereka biasa tirakat, mendekatkan diri dengan Sang Maha Kuasa. Tidak seperti manusia era sekarang yang nafsu dunianya dikedepankan. Tak heran ucapan serta raganya berbalut kesaktian. Contoh kecil, buah kolang-kaling dipegang langsung jadi berlian, apalagi hanya membawa kayu gelondongan dari Donoloyo. Itu mah enteng"
Kalian percaya? Jangan taklid cerita masa lalu.