Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Libur Artinya Bersekolah

23 Juli 2020   09:16 Diperbarui: 23 Juli 2020   09:16 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga Siswi SD Lokamere Ngada, Flores sedang belajar di kelas. Foto: Roman Rendusara

Sejak ditetapkan pemerintah untuk kerja dari rumah, work form home (WFH), dan sejak gerakan #dirumahaja selalu didaraskan, saya mulai kerja dari rumah saja. 

Anak tetangga yang tiap hari rajin bangun pagi-pagi benar, mandi lalu bersiap pergi ke sekolah, berubah jadi bangun setelah matahari agak nungging. 

Pada pukul 09.00, ia baru mulai masuk kamar mandi. Teman saya seorang ASN nampak sumringah. Dia tak lagi rutin ke kantor. Imbasnya, istrinya tidak lagi bangun pagi buta, siapkan sarapan pagi untuknya. Itu semua stop, mungkin sementara, menunggu pandemi berakhir dengan sempurna.

Sudah hampir enam bulan kita libur. Kita tidak banyak beraktivitas. Yang pasti, kita bangun pagi, makan,lalu duduk setengah manis di depan tivi. Sekedar ingin tahu keadaan, lalu ikut cemas dengan semakin menjalarnya virus ini.

Muaranya, waktu senggang tercipta sangat banyak. Terkesan tidak produktif dan buang-buang kesempatan. Awalnya saya pun berenang dalam kesan di atas. Seiring kejenuhan dan bosan, saya akhirnya memaknai waktu senggang adalah waktu membaca diri di hadapan kitab kehidupan ini. Dalam kitab kehidupan ini sebenarnya tidak ada libur.

Coba kita lihat, Jakarta, hampir tidak punya "tanggal merah". Dua puluh empat jam plus orang beraktivitas. Toh, "tanggal merah" (libur) dibuat pemerintah. 

Saking loyal sama pekerjaan kantor, demi segepok rupiah, atau saking bangganya jadi bos, terkadang diri sendiri terabaikan. Saya pikir, kita perlu menciptakan "tanggal merah" sendiri. Untuk apa? Saya jatuh cinta dengan istilah ini, untuk menghadiahkan diri. Untuk sekedar ber-"luang" dan rileks.

Filsuf Josef Pieper mengurai liburan atau waktu senggang adalah saat jeda dari kesibukan dan dari rutinitas. Baginya, libur bukan saat bermalas-malasan tapi saat kita 'scola' (Latin: luang atau rileks). Konon, dari kata 'scola' ini beranaklah kata 'school' (Inggris: sekolah).

Maka, libur berarti kita sedang bersekolah. Kita memberikan waktu luang untuk bersama diri sendiri, keluarga, dan sesama kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun