Mohon tunggu...
Romadhoni Octario Saputra
Romadhoni Octario Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang Mahasiswa universitas Pandanaran NIM EA2510025,

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Tahu Petis: Kuliner Tradisional yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar

6 Oktober 2025   12:40 Diperbarui: 6 Oktober 2025   12:40 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Indonesia terkenal dengan beragam kuliner tradisional yang menggugah selera. Salah satunya adalah tahu petis, makanan khas yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Camilan ini memiliki cita rasa gurih berpadu dengan manis dan asin dari saus petis udang yang menjadi ciri khasnya. Meski sederhana, tahu petis tetap menjadi primadona di berbagai kalangan, baik anak muda maupun orang tua.

Gambar Tahu Petis 
Gambar Tahu Petis 

Sejarah dan Asal-usul

Tahu petis pertama kali dikenal di kawasan pesisir Jawa seperti Semarang dan Surabaya. Awalnya, petis digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan laut. Namun, masyarakat kemudian menciptakan inovasi dengan memadukannya bersama tahu goreng. Dari sinilah lahir camilan legendaris bernama tahu petis, yang kini mudah ditemukan di pasar tradisional hingga kafe modern.

Sesi Wawancara dengan Penjual Tahu Petis

Untuk mengetahui lebih dalam tentang proses pembuatan dan rahasia di balik kelezatan tahu petis, penulis mewawancarai Bu Siti, seorang penjual tahu petis legendaris di kawasan Simpang Lima, Semarang.

Saya:“Sejak kapan Ibu mulai berjualan tahu petis?”

Bu Siti: “Saya mulai jualan sejak tahun 2005. Awalnya cuma iseng bantu tetangga, lama-lama banyak yang suka, jadi saya teruskan sampai sekarang.”

Saya: “Apa rahasia kelezatan tahu petis buatan Ibu?”

Bu Siti: “Yang penting petisnya harus asli dari udang rebon, jangan yang campuran. Saya juga selalu goreng tahu pakai minyak baru supaya rasanya gurih dan tidak tengik.”

Saya: “Apakah ada perubahan selera pelanggan dari dulu hingga sekarang?”

Bu Siti: “Kalau dulu orang suka yang rasanya kuat dan asin, sekarang banyak yang minta agak manis. Jadi saya sesuaikan, tapi tetap pakai resep asli.”

Saya: “Bagaimana pendapat Ibu tentang tahu petis sebagai kuliner tradisional?”

Bu Siti: “Tahu petis itu sudah jadi bagian dari budaya kita. Harus dijaga, jangan kalah sama makanan modern. Kalau kita lestarikan, anak muda juga bisa tahu makanan khas daerahnya sendiri.”

Kesimpulan

Tahu petis bukan sekadar jajanan sederhana, tetapi simbol kearifan lokal dan kreativitas masyarakat pesisir Jawa. Melalui tangan-tangan terampil seperti Bu Siti, kuliner ini tetap hidup dan dicintai lintas generasi. Di tengah maraknya makanan cepat saji, tahu petis hadir sebagai pengingat bahwa cita rasa tradisional Indonesia tetap tak tergantikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun