Mohon tunggu...
Cerpen

Tokai Watch

16 Juli 2018   22:02 Diperbarui: 16 Juli 2018   22:23 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku kira dengung getar hape mahalku yang ada 4 ini tadi heh heh heh"

Girsang menyerahkan laporan unjuk rasa yang sudah dia susun rapi dan ketik sendiri. Laporan dalam bentuk tertulis menurutnya lebih bermartabat, dan membuat dirinya lebih terlihat pintar.

"Aduh, tulisan. Pak Goro ajalah yang baca."

"Lah Pak Goro kan sudah meninggal."

"Susah juga ya kehilangan orang yang pintar di antara kita-kita heh heh heh"

"Apa perlu dipanggilkan dukun medium heh heh heh"

"Girsang, menurutmu sajalah, mau diapakan masalah ini?"

Pertanyaan selalu mengundang kesempatan. Kesempatan naik jabatan, pikir Girsang. Dari hanya penyelesai konflik tingkat tinggi, sekarang dia bisa jadi salah satu petinggi. Sudah disangkanya, para tauke yang sudah malas berpikir (juga berdzikir) ini pasti akan menanyakan pendapat dirinya.

"Bagaimana pak, kalau kita bikin jadi tiga saja. Saran alm. Pak Goro yang brilian dulu kan jadi lima. Bagaimana kalau jadi tiga saja. Jadi Sarapan, Makan Siang, dan Makan Malam. Jadi ya misal contoh mau janjian jam 2, Ba'da Dzuhur, tapi si teman datangnya jam setengah 4, Ba'da Azhar, kan bisa diselesaikan dengan satuan 'Habis Makan Siang'."

Udara di ruangan berkebut cepat. Anggukan kepala para petinggi makin lama beresonansi dalam frekuensi yang makin kencang. Mereka tampak puas dengan jawaban Girsang. Beberapa mempertimbangkan menaikkan Girsang jadi pemimpin perusahaan, menggantikan Pak Goro yang sudah bersetubuh dengan bumi.

Untuk kedua kalinya, jam tangan, arloji, dan produk derivatnya mengalami perubahan desain. Cuma ada tiga patokan di situ. Sarapan, Makan Siang, dan Makan Malam. Sungguh fleksibel. Sungguh lentur. Bangga sekali hati Girsang memandang ide cemerlangnya, yang mampu membawanya ke puncak rantai makanan di perusahaan. Ini mah maha karya, gumamnya. Diriku memang penyelesai masalah dan penyelesai perempuan tingkat tinggi heh heh heh, ujarnya sambil membelai paha sekretarisnya yang putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun