Mohon tunggu...
rohmad
rohmad Mohon Tunggu... Essada

Sebagai seorang praktisi yang mendedikasikan diri pada dunia pendidikan dan seni, semangat adalah suluh yang tak pernah padam dalam setiap denyut aktivitas saya. Di tengah padatnya rutinitas mengajar dan segala tanggung jawab profesional yang diemban, saya meyakini bahwa hidup adalah sebuah kanvas luas yang perlu diisi dengan warna-warna kegembiraan dan ekspresi diri. Maka, di sela-sela jeda dan ruang waktu yang tercipta, saya melarikan diri ke dalam dunia hobi yang begitu saya cintai. Ada semesta tersendiri yang terbuka saat kuas menari di atas kanvas, melukiskan imajinasi dan emosi dalam goresan warna. Setiap lukisan adalah cerita yang tak terucap, sebuah refleksi dari pengamatan dan perasaan. Tak hanya itu, tangan ini juga gemar menciptakan keindahan yang lebih nyata: merancang taman-taman mungil yang menjadi oase ketenangan, membentuk ornamen-ornamen unik yang menghidupkan sudut ruangan, dan merangkai berbagai kerajinan tangan yang sarat makna. Setiap karya adalah manifestasi dari energi kreatif yang tak pernah habis. Lebih dari sekadar hobi visual dan kriya, jiwa saya juga terpanggil untuk menyelami samudra kata. Menulis adalah cara saya bernapas, merajut gagasan, dan berbagi perspektif. Dari benak ini lahir beragam karya sastra: puisi-puisi yang melukiskan rindu dan renungan, geguritan yang merawat keindahan bahasa Jawa, pantun-pantun ceria yang menebar senyum, hingga cerpen-cerpen yang mengisahkan fragmen kehidupan manusia dengan segala kompleksitasnya. Setiap bait, setiap kalimat, adalah upaya untuk menangkap esensi, mengabadikan momen, dan menyampaikan pesan dari hati ke hati. Bagi saya, pendidikan dan seni adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keduanya adalah jalan untuk menumbuhkan kepekaan, kreativitas, dan empati. Melalui pendidikan, saya mencetak generasi; melalui seni, saya menginspirasi dan terus belajar untuk menjadi pribadi yang utuh, yang tak pernah berhenti berkarya dan menebar manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Mutiara Terpendam

7 Juli 2025   11:03 Diperbarui: 7 Juli 2025   07:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi dari Asta lima dengan canva desain

Malam itu, dengan tas berisi pakaian dan seragam, Ari berjalan menyusuri jalanan kota.

Sampai larut malam, ia hanya d termenung si emperan toko. Hatinya berkecamuk, apa salah dan dosaku hingga mama begitu jahat padaku bahkan ayah ikut memarahi dan membenciku. 

Ia memegangi perutnya yang kosong,seharian belum makan...ia jadi teringat ketika pagi ayahnya menyiapkan masakan untuk sarapan sambil bercerita masa mudanya... Ia merindukan semua kehangatan dalam keluarga....namun kini ia sendiri....merenungi nasibnya. 

Sambil menahan laparr, ari mencari sisa makanan disekitar toko yang bisa dijadikan pengganjal perutnya. 

" Dimanakah aku akan mencari makanan, tidak ada satupun makanan disekitar sini... " Gumamnya dalam hati. 

" Aku harus belajar,....besok aku harus sekolah.. Alu tidak ingin jadi anak bodoh,... Aku harus bisa.... Jadi diriku sendiri. Tidak boleh cengeng......!!!!! " Teriak ari keras keras memecahkan keheningan malam itu. 

Gambar ilustrasi oleh Asta lima dari canva desain
Gambar ilustrasi oleh Asta lima dari canva desain

Ia tetap bersekolah esok paginya, meski lapar dan letih. Di sekolah, ia membersihkan taman, mengumpulkan sampah plastik dan kardus.

Pak Tono, penjaga sekolah yang sudah tua, menaruh curiga.

"Kamu tidur di mana, Ri?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun