Sapen, Sabtu 21 Desember 2019. Menikmati sore dengan kopi dan beberapa potong gorengan. Â Sambil mengikuti serba serbi Musyawarah Cabang IMM Manado meskipun hanya lewat media sosial, konstelasi sangat terasa hingga Jogja. Beginilah kondisi kader yang jiwa organisasinya tertinggal di Manado, tapi fisiknya berjarak ribuan kilometer. Selalu gundah gulana jika tertinggal aktivitas organisasinya yang sudah menubuh.
"Meneguhkan gerakan IMM: Dalam merawat demokrasi, demi Manado berkemajuan". Tema ini dipilih berdasarkan putusan rapat dengan berbagai rasionalisasinya kak." Ujar salah satu kader, ketika saya menanyakannya lewat telepon bahwa "Apa tema yang di angkat dalam Musycab Kali ini" . Sayapun bertanya kembali. Perihal apa mengangkat tema ini?
Dia pun menjawab meneguhkan adalah penekanan IMM Â untuk merawat Demokrasi. Demokrasi butuh dirawat, melihat dinamika kebangsaan yang ada Demokrasi terus mengalami keterancaman, bahkan hari ini bisa dikatakan sudah sampai pada titik nadir. Inilah gambaran kami kak, dalam konteks nasional. Â
Di konteks lokal, manado akan memasuki ornamen yang paling formal dalam Demokrasi yakni Pemilihan Wali Kota (PILWAKO). Setiap pemilihan dianggap hal layak umum sebagai pesta demokrasi, tapi bagi kami momen ini seringkali akan membawa potensi malapetaka bagi Demokrasi. Misalnya politik uang, hingga rakyat terkotak-kotak ataupun calon pemimpin yang tidak mempunyai gagasan. Â
Maka konteks ini yang membuat tema ini diangkat. Lewat musyawarah cabanglah kami sebagai entitas di dalam bangsa Indonesia menunjukan Demokrasi benar-benar dilaksanakan dengan semestinya.Â
Demokrasi mengonfirmasi bahwa kekuasaan berada ditangan rakyat. Begitulah dengan IMM Manado. Dengan Musycab ini arah gerak IMM ke depan ditentukan oleh para kader IMM Manado secara keseluruhan. Meskipun teknisnya harus representasi. tit..tit..tit (Suara akhir telepon, ketika suaranya tidak terdengar kembali)
Menanti Visi Besar
Begitulah saya, hanya bisa menanti. Baik hasil Musycab maupun visi besar para calon pemimpin yang akan menahkodai IMM nanti. WA bahkan Facebook dari beberapa minggu lalu hingga sekarang diwarnai dengan pamflet " Selamat", "Sukseskan" bahkan menampilkan "pesan-pesan retoris".Â
Budaya pop mulai mengjangkiti, satu persatu mulai eksis di media sosial dengan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh kebanyakan kader, tanpa filterisasi langsung larut maka jangan heran kalau memiliki mental berjama'ah.Â
Padahal katanya mahasiswa yang mempunyai Jargon "Kritis dan Radiks". Â Proses musyarawah pun demikian, bukan sebagai adu jotos siapa yang benar atau siapa yang salah. Namun siapa yang benar-benar pantas.
Persoalan Demokrasi yang terjadi secara nasional ataupun khususnya di Manado , jawabannya bukan di pamflet-pamflet dengan slogan retoris semata.Â
Hal itu sia-sia kalau tanpa proposal Intelektual untuk visi PC IMM Manado ke depan nanti. Intelektualisme sebagai salah satu spirit gerakan bukan hanya terkerangkeng di ranah perkaderan formal dan sebagai literer stagnan yang dibanggakan tanpa aktualisasi. Â Kajian mendalam harus dilakukan lewat pendidikan politik agar memahami Demokrasi dari sisi teori, historis maupun penerapannya secara substansi. Â
Menguatkan IMM Manado dari dalam adalah langkah awal untuk merawat Demokrasi, Musyawarah untuk persatuan bukan untuk memisahkan. Beda pilihan adalah sebuah keniscayaan yang terpenting semangat kolektif untuk membangun IMM. Sebagai satu dari sedemikian bangunan Demokrasi, PC IMM Manado harus mampu mencetak calon-calon pemimpin untuk Manado nanti.
SELAMAT BERMUSYAWARAH PC IMM MANADO.
R. Mahatir Manese (Sekbid. Kaderisasi PC IMM Manado 2017-2018)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI