Mohon tunggu...
Rofi Wahyudi
Rofi Wahyudi Mohon Tunggu... Islamic Banking Lecturer of UAD Yogyakarta -

Selanjutnya

Tutup

Money

Literasi Amnesty Riba

15 Oktober 2017   07:44 Diperbarui: 15 Oktober 2017   08:52 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kemaren saat di parkiran kampus, saya didatangi salah satu petugas parkir (PP).

PP: bpk yg kemaren khutbah jumat ya?

Sya: betul, pripun pak ada yg kurang berkenan dgn isi khutbah saya?

Pp: tidak pak,setelah shalat jumat saya dan teman2 ngomongin bpk?

Sya: lah....?maksudnya pak?

PP: bgni pak, kenapa bank syariah mahal, beda dgn yg konven?

Sya: bla...bla...bla...

Pp: Terimakash pak.

Topik khutbah jumat saya kemaren dilatarbelakangi oleh pemikiran Richard Thaler, penerima Nobel 2017 spesialisasi dibidang ilmu perilaku dan ekonomi. Menurutnya ilmu ekonomi bisa mengubah perilaku orang yg bisa membuat kebaikan bagi ekonomi. Ia sebut dgn istilah Nudge. Salah satu bentuk Nudge yaitu Tax Amnesty.

Dalam Islam ada juga "Nudge". Meminjam istilah Dr. Imam T Saptono yaitu Amnesty Riba. Menurutnya paling tidak, ada tiga bentuk hijrah yang diharapkan dalam Amnesty Riba. Pertama, hijrah keyakinan, dimana keraguan-raguan akan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya untuk berekonomi secara syariah dapat dikikis dan dihilangkan. Keragu-raguan ini harus diubah menjadi keyakinan. Ini tentu bukan perkara mudah, apalagi mengingat masyarakat masih banyak yang belum teredukasi dengan baik tentang apa dan bagaimana ekonomi syariah.

Hijrah keyakinan ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan dorongan yang kuat bahwa berekonomi syariah ini adalah pilihan yang benar dan tepat. Sehingga, dalam kapasitas apapun, apa kah sebagai praktisi, regulator, akademisi mau pun masyarakat secara umum, semuanya me miliki keyakinan yang sama bahwa kalau ingin mengatasi beragam persoalan ekonomi yang ada, sekaligus mengundang keberkahan hidup, ma ka ekonomi syariah adalah jawaban yang tepat.

Kedua, hijrah pemikiran dan paradigma. Persepsi publik yang menyatakan bahwa antara ekonomi syariah dan ekonomi konvensional itu sama saja, harus diubah. Ini paradigma yang tidak tepat. Mungkin ada irisan diantara keduanya, namun secara filosofi dan konsep dasar, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Melalui hijrah pemikiran dan paradigma, diharapkan akan mendorong lahirnya gagasangagasan dan ide-ide ekonomi syariah yang bersifat orisinil dan applicable (dapat dipraktikkan).

Ide terkait formulasi perhitungan bagi hasil yang memenuhi persyaratan syariah, adil dan meng untungkan pihak-pihak yang terlibat misalnya, dapat dilakukan dengan baik melalui proses hijrah pemikiran dan paadigma. Termasuk dalam hijrah paradigma ini adalah mengubah persepsi 5 percent trap menjadi 95 percent trap. Maksudnya, yang terperangkap itu adalah mereka yang masih belum bisa melepaskan diri dari sistim riba. Ada pun yang 5 persen, telah terbebaskan dari riba.

Hijrah ketiga, adalah hijrah tindakan. Inilah puncak dari hijrah, yaitu melakukan berbagai tindakan nyata untuk berekonomi syariah. Mulai dari memindahkan rekening bank ke perbankan syariah, menunaikan kewajiban zakat melalui BAZNAS dan LAZ resmi, berbisnis di sektor riil dengan mengikuti prinsip syariah, hingga mendorong lahirnya beragam regulasi kongkrit yang memberi ruang lebih besar kepada instrumen ekonomi syariah untuk berperan dalam pembangunan nasional. Singkatnya, Amnesty Riba tidak hanya membawa kebaikan bagi ekonomi bahkan kebaikan hidup baik di dunia maupun akhirat.

Wallahu a'lam bishowab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun