Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hardiknas, Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan Model Taman, dan Sistem Among

1 Mei 2019   11:43 Diperbarui: 1 Mei 2019   14:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Perguruan Tamansiswa tersebut merupakan sekolah pribumi pertama dan satu-satunya sekolah yang dirikan dengan tujuan untuk mengusir penjajah Belanda. 

Perguruan Tamansiswa ini berkembang pesat dan hanya dalam kurun waktu kurang dari satu dekade, sudah mencapai lebih dari seratus anggota. Dan sejarah memang membuktikan, Perguruan Tamansiswa telah berhasil mendidik kader-kader generasi bangsa yang cerdas, berjiwa merdeka dan militan untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia dari cengekeraman penjajah Belanda dan pendudukan Jepang.

 Model Taman dan Sistem Among

Setelah Indonesia Merdeka, Perguruan Tamansiswa ikut berperan aktif mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia melalui jalur pendidikan.

 Dalam situasi negara yang sedang dalam masa transisi dan perekonomian negara yang masih sangat lemah, sehingga pemerintah belum mampu menyelenggarakan pendidikan nasional secara merata; di sini Perguruan Tamansiswa ikut berperan mencerdaskan kehidupan bangsanya melalui usahanya menyelenggarakan sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.

Perguruan Tamansiswa di bawah asuhan Ki Hadjar Dewantara ini menerapkan model "Taman" pada sekolah-sekolahnya. Sehingga persekolahannya dikenal dengan nama-nama yang khas yakni Taman Indria (Taman Kanak-Kanak), Taman Muda (Sekolah Dasar), Taman Dewasa (Sekolah Menengah Pertama), Taman Madya (Sekolah Menengah Atas), Taman Guru (Sekolah Pendidikan Guru), Taman Karya Madya (Sekolah Menengah Kejuruan), dan Taman Sarjana atau Sarjanawiyata (Perguruan Tinggi / Universitas / Sekolah Tinggi).

Menurut Ki Saur Panjaitan XIII (2015), Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan pendidikan laksana sebuah taman (sistem), di mana di taman itu tempat tumbuh kembangnya bunga-bunga (siswa), sedangkan pamong (pendidik) hanyalah tukang kebun. 

Apabila melihat bunga mawar jangan hanya melihat tangkai dan durinya, akan tetapi harus melihat bunganya. Karena apabila hanya melihat tangkai dan durinya maka yang ada hanya "sampah", akan tetapi dengan melihat bunganya maka akan merasakan keindahan dan keharumannya.

Di taman tentulah ada bunga yang kurang subur dan tukang kebun hanya merawat, memupuk dan menyiramnya supaya berkembang dengan baik. Tukang kebun hanya bisa memperbaiki dan memperindah jenis tanaman dengan usaha-usaha yang mendorong perbaikan perkembangan jenisnya. 

Tukang kebun tidak bisa memaksa tanaman mempercepat bunganya agar bisa dipanen demi kepentingan mendesak, tapi semua itu harus diikuti dengan kesabaran. 

Oleh sebab itu, tukang kebun harus mengetahui sifat dan watak serta jenis-jenis tanamannya, sehingga bisa membedakan antara bunga mawar dan melati. Di samping itu, tukang kebun juga harus paham ilmu mengasuh tanaman agar yang dihasilkannya adalah tanaman dari tanah yang subur dan bunga yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun