Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Cium Hidung ala Sumba Serupa dengan Tradisi Sabu dan Maori?

21 Maret 2018   00:48 Diperbarui: 22 Maret 2018   10:17 4401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: zimbio.com

Meskipun cium hidung sudah menjadi tradisi dan kebudayaan orang Sumba, cium hidung tidak dilakukan sembarangan saja. Bukan kapan saja dan di mana saja. Tidak diobral setiap saat dan di segala tempat serta situasi.

Tapi hanya dalam momentum-momentum tertentu saja. Misalnya, saat proses pelaksanaan tradisi perkawinan, pesta pernikahan, ulang tahun, hari raya besar keagamaan, pesta adat, kedukaan dan acara perdamaian. Di samping itu juga saat penerimaan tamu-tamu yang dianggap terhormat atau agung yang berasal dari wilayah Sumba sendiri.

dok: lintasntt.com
dok: lintasntt.com
Bagaimana dengan tamu agung dari luar Sumba? Ya boleh, asalkan dikomunikasikan sebelumnya, supaya tamu tersebut tidak shock, tapi merasa berkenan dan terhormat, nyaman dan ikhlas. Tidak asal tabrak atau seruduk hidung saja.

Apa filosofinya

Cium hidung sesungguhnya mempunyai makna dan filosofi yang majemuk dan sangat dalam. Hidung adalah salah satu bagian dari anatomi tubuh manusia yang digunakan untuk bernapas. Hidung juga adalah salah satu alat indera manusia yaitu penciuman.

Dengan cium hidung berarti kita merapatkan wajah kita sedekat mungkin. Boleh juga testa kita bersentuhan. Tapi jangan sekali-kali menyentuhkan bibir kita.

Dengan kedekatan wajah seperti itu, maka menunjukan bukan saja kedekatan fisik tapi juga kedekatan dan pertukaran napas kehidupan. Hal ini melambangkan relasi kita yang sangat menyatu, akrab, bersahabat, bersaudara, bersolider dan saling mengasihi.

Benarkah demikian? Tidak perlu ragu, memang itulah filosofi dasarnya. Setidaknya ini menurut pemahaman saya sih! ***

Rofinus D Kaleka *)

Jakarta, 20 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun