Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyalurkan Hobi dalam Seni

3 Agustus 2017   17:21 Diperbarui: 3 Agustus 2017   18:43 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai koleksi wayang saya yang sangat diminati adik saya

BAGIsaya, seni bukan hanya soal keindahan. Melainkan, tentang rasa dan kreativitas. Yupz, indah bagi saya belum tentu indah untuk orang lain. Begitu juga sebaliknya. Kebetulan, sejak kecil hingga kini, saya sangat menyukai berbagai hal terkait seni. Apalagi, seni itu bisa diaplikasikan di mana saja dan kapan saja. Baik itu teater, museum, tempat kerja, hingga jalan raya.

Salah satunya, seni lukis. Tentu, saya belum pernah melakukannya di kanvas karena selama ini hanya sebagai penyalur hobi. Melainkan, cukup di selembar kertas, baik itu buku gambar atau buku tulis. Alatnya, bisa menggunakan pensil, pensil warna, atau bolpoin, sudah cukup.

Setelah mengenal komputer, saya belajar bereskplorasi dengan aplikasi Microsoft Paint. Beberapa di antaranya saya sertakan sebagai ilustrasi di artikel Kompasiana. Misalnya, pada tulisan berjudul Time Travel dalam Cerita Silat dan Jatuh Cinta pada Gadis Berinisial A.

Teranyar, setelah bergabung dengan beberapa komunitas, saya jadi lebih intens untuk menggeluti seni lukis disela-sela rutinitas pekerjaan. Termasuk, melukis topeng, ukiran, atau wayang kulit.

Hingga kini, yang belum kesampaian bagi saya untuk belajar melukis di atas kain alias membatik. Mungkin, lain waktu kalau ada kesempatan dan juga dana, saya ingin belajar membatik langsung di sentranya.

Yupz, bagi saya, seni lukis merupakan media penyalur hobi yang murah, meriah, dan bermanfaat. Fakta itu yang kini saya tularkan ke adik saya yang paling kecil. Sosok yang masih berseragam putih-merah itu paling girang kalau saya ajak berkreasi soal seni.

Awalnya, ketertarikan adik saya itu terjadi ketika saya rutin menyirami tanaman hortikultura (boneka horta) setiap pagi dan sore di atas genteng. Lama-lama, si bungsu sangat antusias untuk ikut memberi air.

Bahkan, dia meminta untuk dibelikan. Sudah pasti, permintaan tersebut saya sambut dengan semringah. Tak lupa, saya juga memberi edukasi bahwa boneka horta memiliki siklus. Sebab, meski namanya boneka, tapi tetap tumbuhan yang bisa tumbuh, kembang, layu, dan mati.

Sejak saat itu, jiwa seni sang adik kian terpacu. Termasuk, belajar mendalang dengan beberapa koleksi wayang milik saya. Utamanya, Si Cepot yang memiliki tampilan yang humoris.

Setelah masuk sekolah dasar, rasa ingin tahu si bungsu terkait seni jadi lebih intens. Apalagi, karena setiap pekan ada pelajaran menggambar. Sejak berseragam putih-merah, jika ke minimarket, yang dituju si bungsu bukan lagi es krim, chiki, atau cokelat. Melainkan, pensil dan pensil warna.

Peralatan menulis dan menggambar itu yang rutin dibawanya ke sekolah. Bagi saya dan keluarga, tentu sangat mendukung keinginan si bungsu. Siapa tahu, kelak dia bisa jadi seniman.

Kebetulan, tiga pekan lalu, saya membawa oleh-oleh istimewa untuknya. Yaitu, berbagai peralatan tulis dari Faber-Castell. Itu setelah saya mengikuti Kompasiana Visit ke pabrik Faber-Castell Kawasan Industri MM 2001 Cibitung, Bekasi, Jawa Barat (11/7).

Pulangnya, saya dan puluhan rekan blogger lainnya mendapat goodybag spesial. Yaitu, berbagai perangkat untuk menulis termasuk Connector-Pen yang bagi adik saya sangat baru. Maklum, sebelumnya kami hanya membeli pensil warna biasa saja.

Saya pun turut menjelaskan, kepada adik saya. Secara fungsi, Connector-Pen sama seperti pensil warna produksi Faber-Castell lainnya yang merupakan andalan kami. Namun, dengan Connector-Pen, alat untuk mewarnai ini bisa dihubungkan satu sama lain.

Bahkan, selain tidak berantakan, fitur ini juga bisa digunakan untuk berbagai bentuk kreatif. Misalnya, dengan membuat berbagai miniatur. Saya turut menjelaskan kepada adik saya, terkait kunjungan ke pabrik Faber-Castell.

Sambil memperlihatkan jepretan foto di kamera, adik saya tertarik ketika melihat Candi Bajang yang terbuat dari Connector-Pen bekas, mobil balap, dinosaurus, kelinci, dan sebagainya. Yupz, dengan Connector-Pen, barang bekas bisa dijadikan seni secara kreatif.

Itu membuktikan kreatif dalam seni sekaligus menyalurkan hobi tidak perlu mahal. Nah, bagaimana Art4All menurut Anda? 

Wayang pun dipadukan dengan modern
Wayang pun dipadukan dengan modern
Belajar mendalang untuk mengenalkan warisan nusantara kepada si bungsu
Belajar mendalang untuk mengenalkan warisan nusantara kepada si bungsu
Boneka Horta
Boneka Horta
Boneka Horta direndam di air
Boneka Horta direndam di air
Boneka Horta jelang tumbuh rumput
Boneka Horta jelang tumbuh rumput
Boneka Horta saat memasuki masa subur
Boneka Horta saat memasuki masa subur
Siklus kehidupan pada Boneka Horta yang pada akhirnya harus layu
Siklus kehidupan pada Boneka Horta yang pada akhirnya harus layu
Belajar melukis topeng
Belajar melukis topeng
Butuh kesabaran untuk melukis topeng
Butuh kesabaran untuk melukis topeng
Belanja bulanan saya termasuk membeli perangkat alat tulis Faber-Castell
Belanja bulanan saya termasuk membeli perangkat alat tulis Faber-Castell
Candi Bajang yang terbuat dari Connector-Pen bekas Faber-Castell
Candi Bajang yang terbuat dari Connector-Pen bekas Faber-Castell
Berbagai miniatur menarik dari Connector-Pen bekas Faber-Castell
Berbagai miniatur menarik dari Connector-Pen bekas Faber-Castell
Artikel Terkait:
- Mengintip Sisi Lain Faber-Castell

- Jakarta, 3 Agustus 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun