Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Cindy Adams dan Misteri Dua Paragraf Otobiografi Bung Karno

7 Januari 2015   05:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:39 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_345176" align="aligncenter" width="420" caption="Dua paragraf yang hingga kini masih misteri "]

14205585841312933337
14205585841312933337
[/caption]

Pertanyaannya, mengapa ada dua paragraf tambahan tersebut pada versi bahasa Indonesia? Sayangnya, saya sendiri belum membaca, lebih tepatnya belum memiliki versi asli dalam bahasa Inggris yang pada beberapa hari terakhir masih bergerilya untuk menghubungi kawan sekaligus kolektor buku antik.

Yang menarik, ketika Cindy Adams mengkonfirmasi dalam wawancaranya kepada Tempo, bahwa dirinya sama sekali tidak mengetahui adanya tambahan kalimat pada dua paragraf tersebut, "Tidak, saya tidak pernah tahu hal itu. Saya tidak mungkin menulis itu. Hatta ada disana ketika saya mewawancarai Bapak (Sukarno)."

Suatu pernyataan yang wajar bagi Cindy Adams mengingat selepas menyelesaikan otobiografi Sukarno, dirinya memang langsung kembali ke AS. Setelah itu, wanita berusia 84 tahun ini baru kembali ke Indonesia hanya dalam tiga kesempatan seusai Sukarno wafat pada 1974, 1983, dan akhir tahun lalu.

Sementara, Erwin Salim yang merupakan putra penerjemah "Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat Indonesia", Mayor Abdul Bar Salim membantah tudingan tersebut. Menurutnya, tidak mungkin, ayahnya menambahkan dua paragraf itu karena faktor Hatta sebagai sesama orang Minang yang dihormati.

"Bapak saya tentara, tapi orang Minang. Orang Minang itu lebih mengutamakan Mianangnya dari pada tentara. Mana mungkin Bapak berani mendiskreditkan Hatta," tutur Erwin Salim seperti saya kutip dari Tempo. "Setahu saya, di Gunung Agung (penerbit) banyak orang Minang. Masak, orang Minang mau jelek-jelekin Bung Hatta?"

*      *      *

"Sejarah dibuat oleh pemenang". Demikianlah pepatah lama mengingatkan kita tentang salah satu hukum alam yang universal. Termasuk juga berlaku di Indonesia menjelang peralihan kepemimpinan pada era 1960-an. Saya sendiri tidak menuding pemerintah Orde Baru terkait dengan penambahan dua paragraf tersebut saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Namun, hipotesis itu menjadi wajar mengingat otobiografi Sukarno diterbitkan di Indonesia pada 1966 saat Soeharto sudah mengambil kendali. Bahkan, dalam otobiografi itu terdapat kata pengantar langsung dari Soeharto yang menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat TNI dengan pangkat Letnan Jenderal.

Hanya, bukan tidak mungkin penambahan dua paragraf itu karena suatu kesalahan cetak, kelalaian editorial, hingga salah terjemahan, Toh, otobiografi Sukarno versi bahasa Inggris terbit hanya sebulan setelah meletusnya Gerakan 30 September. Jadi, ada kemungkinan terjadinya kesalahpahaman atau kekeliruan dari pihak yang terlibat.

Yang pasti, biarlah sejarah yang akan membuktikannya pada masa depan. Itu seperti yang diungkapkan Sukarno pada pengujung kekuasaannya. "Setiap tahun kekuatanku semakin berkurang, sedang tanggung-djawabku makin bertambah. Hingga saat ini aku telah membaktikan hidupku pada bangsa dan tanah airku dan aku ingin agar bisa mempersembahkan seluruh sisa hidupku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun