Mohon tunggu...
Muhamad Rodin
Muhamad Rodin Mohon Tunggu... Aktivis Pulau Seribu / Aktivis HMI / Aktivis GPII / Aktivis Pemuda Nusantara

Aktivis Pulau Seribu / Kader HMI dan Kader GPII, Serta Pejuang Politik. Menulis Adalah Bagian Dari Ikhtiar Perjuangan dan Senjata Perubahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mafia Migas, Sunyi Patra Niaga, dan Senjakala Demokrasi Energi Indonesia

6 Juli 2025   19:09 Diperbarui: 6 Juli 2025   19:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Muhamad Rodin - Aktivis Pemuda Dari Pinggiran Negeri

Isu mafia migas dulu begitu lantang bergema di ruang publik. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap ketimpangan pengelolaan sumber daya negara. Namun kini, narasi itu perlahan memudar. Padahal, sektor migas---khususnya distribusi BBM oleh anak usaha PT. Pertamina seperti PT. Patra Niaga---masih menyimpan banyak pertanyaan yang belum dijawab secara terbuka.

Bukan karena semua telah bersih, tapi karena perhatian publik telah bergeser, sementara transparansi masih belum menjadi budaya.

Menghilangnya Sorotan, Bukan Hilangnya Masalah

Sebagai entitas penting yang mengelola distribusi energi vital ke seluruh Indonesia, PT. Patra Niaga memainkan peran strategis. Namun belakangan ini, publik jarang sekali mendengar kabar atau laporan investigatif soal akuntabilitas dan efisiensi distribusi BBM yang dikelolanya.

Beberapa isu pernah mencuat---dari kelangkaan solar di daerah, sistem kuota subsidi yang rentan bocor, hingga dugaan permainan distribusi. Namun alih-alih diusut hingga tuntas, isu-isu tersebut perlahan hilang tanpa kejelasan. Bukan diselesaikan secara terbuka, melainkan diserap ke dalam diam.

Sebagai warga negara, kita tentu tidak sedang menuduh---tetapi justru bertanya:

Apakah sistem energi kita sudah cukup transparan dan akuntabel, terutama dalam sektor distribusi yang memegang hajat hidup rakyat banyak?

Demokrasi Energi: Konsep yang Terpinggirkan

Demokrasi energi bukan soal politik praktis. Ia menyangkut hak rakyat untuk tahu, terlibat, dan mendapatkan akses energi yang adil dan berkelanjutan. Jika distribusi BBM diserahkan sepenuhnya ke mekanisme tertutup, tanpa ruang partisipasi masyarakat sipil atau pengawasan independen, maka demokrasi energi menjadi sebatas jargon.

Ketiadaan informasi publik mengenai tata kelola energi---terutama oleh anak usaha negara---justru membuka ruang spekulasi dan ketidakpercayaan. Di sinilah negara harus hadir, bukan untuk menyalahkan, tapi untuk membuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun