Mohon tunggu...
Muhammad Rodinal Khair Khasri
Muhammad Rodinal Khair Khasri Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Peneliti di Collective Academia/ Co-Founder/ Koordinator Bidang Religious dan Cultural Studies; Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada; sekarang berdomisili di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menyoal Ide Eco Tourism

1 September 2019   18:05 Diperbarui: 2 September 2019   18:31 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di lokasi ekowisata Embung Boon Pring di Desa Sanankerto, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Senin (27/3/2017) | (KOMPAS.com / Andi Hartik)

Wacana atau ide eco-tourism menurut hemat saya dilatarbelakangi oleh perasaan khawatir terhadap kelestarian alam akibat ulah manusia. Fenomena alam yang dijelaskan oleh para ilmuwan yang tentunya bukan sekadar asumsi-asumsi kosong, namun melalui serangkaian penelitian ilmiah memberitakan tentang kondisi Bumi, terutama udara dan lapisan atmosfer. 

Kerusakan masif yang diderita oleh bumi sebagai satu-satunya tempat berlangsungnya kehidupan (walaupun para ilmuwan sampai saat ini berusaha merealisasikan imajinasi mereka tentang keberadaan alien dan tempat alternatif selain bumi untuk kehidupan) menjadi penggerak utama bagi manusia-manusia yang "sadar" untuk berpikir bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. 

Salah satu contohnya adalah eco-tourism. Melihat kembali penjelasan tentang eco-tourism di atas, tentu bukan menjadi suatu hal aneh jika kita menemukan banyak sekali pertanyaan mendasar tentang kesuksesan eco-tourism itu sendiri. 

Mungkin sekilas permasalahan realisasi ide eco-tourism tidak begitu terlihat kasat mata. Perlu perhatian spesial untuk dapat mengambil langkah mana yang tepat untuk merealisasikan eco-tourism yang pastinya salip menyalip dan bahkan sangat dimungkinkan untuk dihegemoni oleh arus kapitalisasi.

Curahan Hati Orang Desa 

Merupakan seseorang yang berasal dari Lombok, dimana Lombok merupakan salah satu destinasi wisata terkenal di Indonesia. Namun, pengalaman saya sebagai orang asli Lombok melihat perkembangan pariwisata yang begitu pesat memang tidak dapat dipungkiri selalu menjadi hal yang dilematis. 

Di satu sisi, saya bangga dan senang melihat kemajuan pariwisata di Lombok yang berimplikasi pada pembangunan infrastruktur yang bisa dibilang masiv. Namun, di sisi lain saya merasakan cemas. 

Mengapa? Karena setahu saya, sustainable development yang ramah lingkungan atau narasi besar tentang ekowisata atau eco-tourism masihlah cemerlang di tataran ide saja. Implementasinya masih sangat dipertanyakan. 

Contoh nyata, sekarang, detik ini, banyak pantai di Lombok yang sebelumnya merupakan pure area publik yang siapa saja bisa berkunjung dengan bebas ke sana. 

Namun, seiring dengan masuknya investor baik itu asing maupun dalam negeri, membawa dampak menyedihkan yang memang dilematis bagi masyarakat Lombok pada umumnya. Pantai-pantai nan indah tersebut kini menjadi privat beach karena sudah dibeli oleh Investor Asing. 

Pembangunan hotel-hotel, serta betonisasi area pantai adalah hal yang menjadi kebanggan bagi pemerintah daerah. Saya hanya khawatir 10 tahun kedepan, akses publik terhadap pesona indahnya pulau Lombok, bahkan surga dunia lainnya di Indonesia menjadi susah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun