Mohon tunggu...
robi kurniawan
robi kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

https://robikurnia1.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resep Tertib Lalu Lintas di Jepang

24 Maret 2016   12:34 Diperbarui: 24 Maret 2016   16:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: Buku Pelajaran Seikatsu di Jepang (dok.pri)"][/caption]

“Dek, Kakak punya buku baru, ada gambar mobilnya loh!” seru anak perempuan saya yang kelas 1 SD pada Adeknya. Si Kakak memang rutin meminjam buku di perpustakaan sekolahnya. Tapi kali ini yang ditunjukkan pada adeknya adalah buku pelajaran kelas 2 yang baru dibagikan gurunya. Buku glossy yang banyak gambarnya ini adalah uku “seikatsu”, pelajaran tentang moral dan kehidupan sehari hari. Adapun gambar mobil yang dipamerkan pada adeknya tadi adalah pelajaran tentang transportasi.

Di Jepang, pengenalan terhadap tata tertib lalu lintas perlu dilakukan sejak dini. Pelajaran tentang adab berkendara atau adab dalam menggunakan fasilitas umum diajarkan dalam mata pelajaran kelas 1.

Di kelas 1, anak saya diajarkan tata tertib di jalan raya. seperti rambu lalu lintas, cara menyeberang jalan, berhenti jika ada mobil yang lewat dan hal mendasar lainya. Hal ini penting karena sejak kelas 1 SD sampai SMP, mereka dibiasakan untuk berangkat sekolah berjalan kaki. Penggunaan jitensha (sepeda) di jalan raya baru diperkenankan setelah SMA.

[caption caption="Buku Pelajaran Seikatsu di Jepang (dok.pri)"]

[/caption]

Buku seikatsu yang baru dibagikan ini juga mengajarkan pendidikan transportasi. Bedanya, buku ini sedikit lebih advance. Di buku ini diajarkan cara naik kereta api, bis, beserta tata kramanya. Di Jepang menerima telpon saat di bis atau kereta dianggap mengganggu kenyamanan orang lain. Pun demikian dengan berbicara keras.

Berbeda dengan sekolah di Indonesia, yang menjadikan pelajaran moral dan kewarganegaraan sebagai salah satu mata ajaran wajib, di Jepang pelajaran moral tidak dikelompokkan sebagai mata pelajaran, tetapi pembelajaran moral dimasukkan dalam salah satu materi pengajaran di semua sekolah SD sampai SMP. 

Sedemikian detilnya penggambaran tentang tata aturan warga kota dalam memanfaatkan transportasi dijelaskan kepada anak-anak baik melalui buku maupun lisan para guru, membuat kita menjadi tidak heran dengan kedisiplinan warga Jepang dan kerapihan dan kebersihan kotanya.

[caption caption="Buku Pelajaran Seikatsu di Jepang (dok.pri)"]

[/caption]

Nampaknya pendidikan transportasi sejak dini ini menjadi salah satu kunci ketertiban lalu lintas di Jepang. Selama tinggal di sini, jarang sekali saya mendengar bunyi klakson. Para pengendara mobil ataupun motor juga sangat mengutamakan pejalan kaki dan yang naik sepeda. Kemajuan teknologi termasuk sektor transportasi diiringi dengan pendidikan adab/manner penggunaanya.

Pemerintah Jepang menyadari betul bahwa kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan kedisiplinan pemanfaatannya akan membawa kemunduran. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pembelajaran di level TK dan SD adalah pembelajaran tentang sikap, semangat kemandirian, aturan hidup bersama dan kedisiplinan, selain tentu saja mereka diajak untuk mengenal kecanggihan baru teknologi buatan orang Jepang.

Bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia trend kemajuan sarana transportasi nampaknya belum dibarengi dengan pendidikan yang memadai untuk warganya sebagai pengguna.

[caption caption="sumber: eramuslim.com"]

[/caption]

Kemacetan yang terjadi di kota besar sepeti Jakarta, bukan hanya persoalan infrastruktur, tetapi juga masalah kebiasaan. Coba saja perhatikan para pengendara yang saling serobot, menggunakan bahu jalan, tidak perdulu rambu lalu lintas, angkot yang ngetem dan menaikkan penumpang sembarangan, dll.

Di sisi lain, sebagus apapun sarana transportasi yang diintroduksikan di suatu daerah, upaya untuk memelihara, menjaga dan mematuhi aturan pemakaiannya masih sulit untuk ditegakkan. 

Saya berpendapat bahwa kemajuan suatu bangsa harus dibarengi dengan pendidikan adab yang harus dimulai sejak bangku pra sekolah, pendidikan dasar, menengah dan tinggi. 

Namun berdasarkan konsep pengajaran yang menyitir bahwa usia TK dan SD adalah masa yang paling tetap untuk mengenalkan hal-hal yang baik berkaitan dengan kedisiplinan, maka usulan pembelajaran tentang kota dan transportasi sebaiknya ditekankan pada kedua level ini.

Selain diajarkan di sekolah, pendidikan tentang transportasi juga dapat dipelajari di suatu taman yang disebut “Taman Lalu Lintas”. Taman ini adalah salah satu sarana standar yang ada di tiap kota.

[caption caption="Taman Lalu Lintas (dok.pri)"]

[/caption]

Beberapa pekan lalu saya mengajak anak-anak ke taman lalu lintas yang terletak di dekat sungai Hirose, Sendai. Sarana ini digunakan untuk mengenalkan tertib lalu lintas pada anak-anak.

Tempat ini merupakan miniatur infrastruktur jalan raya di Jepang. Ada rambu lalu lintas, jembatan penyeberangan, rel kereta, dll.

[caption caption="Taman Lalu Lintas (dok.pri)"]

[/caption]Yang unik di taman ini mereka juga dapat belajar sepeda sambil mengenali tata tertib lalu lintas. Fasilitas ini dapat dinikmati secara free. Kita hanya perlu mendaftar pada petugas yang jaga. Petugas ini akan mengarahkan anak anak pada ukuran sepeda sesuai dengan umurnya.

Pemerintah kota/daerah di Indonesia memang perlu berinvestasi untuk membangun sarana seperti ini. Akan tetapi dampaknya akan sangat besar bagi masyarakat. Selain itu, pendidikan adab transportasi juga perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dasar. Hal ini penting mengingat jalan raya adalah cerminan karakter suatu bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun